![]() |
Gambar/Illustrasi: RODNAE Productions from Pexels |
Karakter Yang Sama Bagian 1: Kasih Karunia
Oleh: Samuel Sugiarto
TUJUAN:
Memahami
bahwa Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Allah yang
sama.
PENDAHULUAN
Halo rekan-rekan sekalian. Kali
ini kita akan bersama belajar tentang sebuah pertanyaan yang kerap muncul dalam
kekristenan. Mungkin pertanyaan ini juga muncul di antara
persekutuan-persekutuan di gereja masing-masing. Nah kali ini Bara membahasnya
bersama dengan Pak Samuel. Dirangkum dalam beberapa bagian, sehingga
rekan-rekan bisa memahami dengan lebih jelas.
Sekali lagi pertanyaan ini
merupakan pertanyaan yang cukup sering ditanyakan oleh banyak orang baik orang
dari kalangan teman-teman Kristen tersendiri maupun juga dari teman-teman non-Kristen.
Mengapa Allah di PL itu berbeda dalam konteks ini berbeda itu seperti apa?
Karakter Yang Sama: Kasih
Karunia
Banyak orang yang mengatakan
bahwa Allah di dalam PL itu terkesan keras, terkesan jahat, suka memberikan
hukuman. Sementara Allah di dalam PB yang diwakili atau digambarkan dalam
pribadi Yesus Kristus terkesan sangat penuh dengan kasih karunia dan
pengampunan.
Kalau kita sekarang
berbicara tentang Allah di dalam perjanjian lama itu nampak kejam dibandingkan Allah
dalam perjanjian baru. Ini merupakan kesimpulan yang tidak tepat, yang
didasarkan dari pembacaan firman Tuhan yang serampangan atau yang tidak teliti.
Mengapa? Karena sebenarnya kalau kita coba baca baik-baik, di dalam perjanjian
lama maupun di dalam perjanjian baru kita akan mendapatkan sebuah gambaran yang
sama. Allah di dalam perjanjian lama itu juga digambarkan demikian berlimpah
kasih karunia ini kepada orang-orang.
Perhatikan Allah dalam PL
adalah Allah yang penuh kasih karunia sama seperti Allah dalam PB adalah Allah
yang tegas dalam memberikan kebenaran-Nya. Contohnya:
Kalau kita membaca di dalam
kitab Kejadian mulai dari kisah penciptaan. Kisah penciptaan di dalam kitab
kejadian itu bukan ditulis secara kronologis. Karena kalau kita baca hari
pertama ada terang, dari kedua pemisahkan cakrawala, hari ketiga di darat dan
lautan, baru hari keempat itu ada matahari bulan dan bintang, padahal terangnya
sudah ada di hari pertama.
Lalu kemudian
tumbuh-tumbuhan, lalu kemudian binatang air dan udara, lalu kemudian yang hari
itu enam adalah binatang darat dan juga manusia. Ini susunan bukan sifatnya
kronologis, melainkan ke arah penggenapan dan mengisi mencapai klimaks. Jadi
bukan mencapai kronologis, bukan berdasarkan urutan waktu tetapi berdasarkan
urutan klimaks di mana memang Allah sengaja menaruh manusia di dalam bagian
yang terakhir.
Karena memang Allah ingin
menyiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu bagi manusia karena tidak mau
menciptakan manusia waktu masih ada di daratan saja, belum ada tumbuhan, belum
ada hewan, belum ada ikan, belum ada burung. Allah tidak mau membuat manusia
menderita di dalam kondisi seperti ini karena manusia adalah ciptaan yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Maka kalau kita lihat Allah
itu memplanning dengan demikian rapi, terstruktur, seperti saya yakinkan
percaya kalau di antara rekan-rekan yang sudah menjadi seorang ayah atau Ibu,
saya percaya sebelum kelahiran si bayi, pastilah orang tua itu menyiapkan
seluruh perlengkapannya. Mungkin ada yang menyiapkan kamar khusus, paling
enggak menyiapkan tempat tidur khusus, mungkin menyiapkan baju-baju dan
pakaiannya. Kita menyiapkan jauh sebelum anak itu lahir. Karena kita mengasihi!
Kita nggak mau begitu anak lahir lalu kita kebingungan, belum punya pakaian,
belum punya tempat tinggal. Karena cinta kita maka segala sesuatu sudah
disiapkan terlebih dahulu.
Maka ketika melihat sejarah
penciptaan, Allah yang sangat penuh kasih karunia memikirkan dengan demikian
rupa bagaimana supaya manusia itu bisa hidup dengan segala kasih dan
kenikmatannya.
Lebih lanjut kalau kita baca
ketika manusia yang sudah dilimpahi dengan kasih karunia, jatuh di dalam dosa.
Manusia itu sembunyi, tetapi Allah mencari manusia. Bukankah ini gambaran yang
sama dalam Perjanjian Baru ketika Yesus berkata bahwa Dia adalah Allah yang
mencari dan menyelamatkan mereka yang terhilang.
Sejak dalam perjanjian lama
bahkan ketika kemudian manusia sudah mati berbuat dosa dan tidak ada solusi
jalan keluar dari manusia karena sudah mati sudah putus hubungan dengan Allah
maka di waktu itulah Allah bukan cuman menyatakan apa yang harusnya manusia terima,
konsekuensi manusia memutuskan relasi dengan Tuhan, tetapi yang Tuhan lakukan
juga memberikan pengharapan bahwa nantinya akan ada kelepasan dan keselamatan.
Kejadian 3:15 bahwa kepala ular
itu akan diremukkan oleh keturunan wanita itu yang merujuk kepada kehadiran
Yesus Kristus Sang Juruselamat. Bukankah ketika manusia tidak mengerti jalan
keluarnya, Allahlah yang memberikan segala kasih-Nya. Memberikan jawaban,
memberikan jaminan, memberikan janji bahwa Dia akan menyelesaikan secara tuntas.
Maka digambarkan ular itu dihancurkan kepalanya yang artinya tidak akan berdaya
lagi. Maka dari awal kita melihat kehidupan di dalam dunia ini ketika Tuhan
hadir, Tuhan menyatakan diri, Tuhan itu adalah Tuhan yang tetap memberikan
kasih karunia dan anugerah.
Diskusi
1.
Apakah Saudara sudah
memahami dengan baik pada bagian ini? Jelaskanlah kembali secara singkat untuk
melatih daya ingat dan keterampilan Saudara menjelaskan kepada orang lain.
2.
Bagaimana pengalaman
Saudara melihat dan merasakan kasih Allah dalam hidup Saudara setiap hari?
Pokok Doa:
1. Berdoa untuk anggota
keluarga yang belum percaya.
2. Berdoa untuk gereja agar
dapat terus melatih dan melengkapi orang percaya.
Sumber:
· Mengapa Allah Dalam PL
Nampak Jauh Berbeda Dengan Allah Dalam PB? oleh Samuel
Sugiarto.
· Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=DxJ8yVdN2WU
· Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/
Penyusun:
Febbi
Timotius