Sesuatu yang dianggap dunia sebagai orang yang tidak berbahagia justru disebut Yesus sebagai kebahagiaan karena wujud dari berkat Tuhan. Misalnya seorang yang miskin Yesus berkata merekalah yang berbahagia, orang yang berduka tetapi Yesus berkata itu adalah orang yang berbahagia. Ini adalah ajaran kebenaran dari sang sumber hikmat yaitu Yesus Kristus. Keadaan pada saat Yesus dibukit banyak orang yang lapar dan haus. Ini adalah kondisi yang tidak jarang dirasakan oleh banyak orang. Lapar dan Haus tentu saja jauh dari rasa nyaman apalagi berbahagia. Di sini Tuhan Yesus membalikkan pemikiran orang tentang kebahagiaan.
Dalam ucapan berbahagia orang yang berdukacita memiliki korelasi dengan orang yang murni atau suci hatinya (Mat. 5:8). Orang yang berdukacita atas dosa diri dan dosa dunia adalah orang yang memiliki kesucian hati dan kemurnian hati. Yesus menggambarkan bagaimana orang yang berdukacita sensitif dengan hal-hal yang mendukakan hati Tuhan dan peka dengan keberdosaan diri serta dunia. Orang yang seperti ini berduka karena hati mereka dekat dengan hati Tuhan dan melihat Dia yang telah beranugerah.
Orang yang berduka atas dosa otomatis seorang yang selalu rindu datang kepada Tuhan untuk memohon pengampunan dan penyucian dari Dia. Orang yang berduka karena dosa memiliki kesadaran untuk memohon kuasa sehingga mereka bisa bersaksi ditengah dunia yang terpuruk atau dunia yang penuh dengan dosa. Itu sebabnya orang yang seperti ini adalah orang yang memiliki kesucian dan kemurnian hati.
Dukacita karena dosa telah membuat murid-murid Kristus yang sejati terus mendekat kepada Tuhan sehingga hatinya boleh terus dibersihkan, dimurnikan dan disucikan. Murid yang sejati dijanjikan oleh Yesus bahwa mereka akan melihat Allah. Artinya hanya orang murni dan suci hatinya yang akan melihat Allah.
Kata “suci” di dalam Matius 5:8 artinya bersih, murni, tidak kotor, tidak cemar. Jadi kata “suci” merujuk kepada kualitas dari sesuatu yang kontras dengan dosa. Sedangkan kata “hati” menekankan pusat dari keberadaan seseorang. Artinya pusat dari keseluruhan diri orang tersebut (kedalaman). Ketika kedua kata “suci dan hati” digabungkan maka paduan kata ini saling menguatkan maknanya. Suci yang berharga adalah suci yang dari dalam hati. Suci yang berharga bukan kebersihan yang dijaga dari luar melainkan dari dalam. Apalah artinya jika seseorang kelihatannya bersih dari luar tetapi bukan dari dalamnya. Hati yang mulia adalah hati yang bersih dan murni. Jadi, kemurnian hati pada dasarnya berbicara soal kualitas yang paling esensi dari seseorang yang kontras dengan segala hal yang tidak diperkenan oleh Tuhan.
Tuhan menghendaki agar murid-murid-Nya memiliki kemurnian yang dari dalam. Ada beberapa cara supaya seseorang bisa memiliki kesucian dan kemurnian hati yaitu sebagai berikut:
1. Kedekatan hati kepada Tuhan
Hati yang sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan dan terkoneksi dengan Dia, sehingga seseorang merasa berduka dengan apa yang mendukakan hati Tuhan.
2. Hanya Tuhan yang sanggup memurnikan dan menyucikan hati
Darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib, itu yang bisa membasuh bersih dosa-dosa manusia. Maka ketika seseorang rindu untuk dimurnikan maka datanglah kepada Yesus untuk memohon hati yang murni dan suci sehingga bisa menyembah dan melihat Dia.
Kiranya artikel ini menjadi berkat bagi kita yang membaca dan melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Amin
Sumber:
- The Blessed People Part 7 oleh Pdt. Irwan Pranoto
- Youtube Bara Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=w8Odphanhu4
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun:
Shinta Lestari Zendrato, S.Th