Image 1
Image 2
Image 3

10 Hukum Kekristenan Progresif (Hukum #4)


Kekristenan progresif kelihatannya menarik karena yang disampaikan kelihatan benar tetapi tidak menekankan kebenaran yang sesungguhnya. Pada zaman sekarang kekristenan dan pemahaman mengenai Alkitab semakin minim. Jika diperhatikan media sosial seperti tiktok, facebook, instagram dan yang lainnya, ada begitu banyak generasi muda yang menyampaikan hal-hal yang sering disebutkan oleh orang-orang kekristenan yang progresif.

Dalam artikel ini akan membahas hukum ke 4 kekristenan yang progresif. Hukum ke 4 kekristenan progresif mengatakan bahwa sikap murah hati lebih penting daripada kepercayaan yang benar. Dengan kata lain seseorang cenderung mementingkan doktrin yang benar tetapi tidak memiliki kasih ketika mengatakan orang lain salah. Ada banyak orang-orang yang mengaku kristen, pahlawan iman, pembela iman Kristen tetapi dengan cara-cara yang kasar. Sangat menyedihkan sekali ketika pembela-pembela iman Kristen merasa diri paling benar dan tidak bisa salah, namun tidak ada kasih di dalamnya.

Hukum ke 4 ini menjelaskan bahwa orang-orang yang mempertahankan doktrin atau ajaran yang sehat dan benar, mereka tidak lain adalah seperti orang Farisi. Nilai-nilai yang diangkat adalah Yesus menentang orang-orang yang mementingkan ajaran yang benar karena mereka tidak ada bedanya dengan orang Farisi. Implikasi hukum ke 4 bukan hanya menyerang atau berlaku kepada orang-orang yang mempertahankan doktrin tetapi menyatakan bahwa orang percaya tidak perlu mempertahankan doktrin yang benar. Hal ini yang kemudian menjadi sesuatu yang salah. Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan yaitu sebagai berikut:

  1. Mengajarkan doktrin yang benar adalah kewajiban setiap orang Kristen. Misalnya Ef. 4:11-16, Paulus menegaskan bahwa ada hamba-hamba Tuhan, rasul-rasul, nabi-nabi ditetapkan oleh Tuhan untuk mengajarkan ajaran yang benar supaya orang-orang Kristen tidak diombang-ambingkan rupa-rupa angin pengajaran dan mendapatkan kedewasaan sehingga hidup di dalam kebenaran. 
  2. Mengajarkan doktrin yang benar bukanlah masalahnya tetapi solusinya. Artinya teologi seseorang tentang penngajaran Tuhan tidak tepat justru perlu dibenarin. Jika melihat apa yang diajarkan orang Farisi sebenarnya ajaran yang mereka sampaikan tidaklah sesuai dengan kebenaran firman Allah. Oleh karena itu, Yesus menegur orang Farisi karena cuman kelihatan bagus di luar tetapi di dalamnya tidak. Dengan kata lain, orang Farisi hidup dalam kemunafikan. Alasannya karena orang Farisi seringkali mengajarkan firman Tuhan tidak tepat sehingga itu yang kemudian memaksakan moralitas mereka tanpa ada dasar kepada orang lain.
  3. Tanpa doktrin yang benar, tidak ada moralitas yang objektif sesuai kehendak Allah. Nilai moralitas yang disebut oleh kekristenan progresif salah satunya adalah nilai-nilai tentang LGBT menjadi standar kebenaran yang tidak bisa diganggu-gugat. Jadi, kekristenan progresif sangat anti terhadap orang-orang atau gereja yang menentang LGBT karena dimata mereka tidak ada yang salah.
  4. Tanpa doktrin yang benar, yang tersisa hanyalah moralisme belaka. Artinya kekristenan bukan sebatas perbuatan baik seperti bagaimana hidup benar, menjadi orang yang disukai tetapi ada ajaran-ajaran yang harus dipercayai yang bisa menssuport cara hidup.

J Gresham Machen menuliskan perbedaan kekristenan dari kebanyakan agama-agama di dunia yaitu “satu hal yang aneh dari kekristenan adalah bahwa ia mengadopsi sebuah metode yang berbeda seutuhnya mengenai bagaimana seseorang dapat berubah. Ia mengubah hidup manusia bukan dengan mengandalkan kehendak mereka, tetapi dengan menceritakan sebuah kisah; bukan dengan nasihat bijak, tetapi dengan narasi atas sebuah peristiwa. Hidup manusia diubahkan oleh sebuah kabar baik {Injil}.” 




Sumber:

  • 10 Hukum Kekristenan Progresif (Hukum #4) oleh Ev. Wilson Jeremiah
  • Youtube Bara Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=SmJ84wR3y-0
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com

Penyusun: 

Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama