Matius 5:6 Yesus berkata berbahagialah orang yang lapar dan haus karena mereka akan dipuaskan. Seseorang yang belum pernah sungguh-sungguh lapar atau haus mungkin merasa kalimat ini biasa-biasa saja tetapi kalau mereka pernah hidup dalam masa penjajahan atau belum tentu setiap hari memiliki bahan untuk dimakan atau diminum, tentu kalimat ini akan berdampak secara berbeda.
Pada saat orang mengikuti Yesus ketika Ia berkhotbah di bukit, mereka berharap bahwa akan ada mukjizat yang akan dilakukan Yesus yaitu berharap ada makanan yang bisa dimakan. Jadi bisa dibayangkan lapar dan haus adalah suatu kondisi yang sering dirasakan oleh orang banyak saat itu. Rasa haus dan lapar tidak mungkin bisa memberikan rasa nyaman kepada seseorang apalagi berbahagia ditengah situasi yang demikian.
Tantangan dalam hidup Kristen masa kini adalah kelaparan dan haus. Lapar dan haus adalah suatu hasrat utama yang ada dalam diri manusia, sebab tubuh manusia butuh makan dan minum. Semua orang akan berpotensial untuk merasakannya ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi. Rasa lapar dan haus ini berkenaan dengan spiritualitas/kerohanian. Ini merupakan kebutuhan yang mendasar dalam kerohanian seseorang. Seorang filsuf dan teolog abad 17 yang berasal dari Prancis mengatakan di dalam diri manusia kekosongan dan kehampaan menimbulkan kelaparan dan kehausan. Allahlah yang bisa mengisi kekosongan dan kehampaan sebab Dia adalah Allah sumber segala kebenaran.
Dalam bahasa asli kata “kebenaran” muncul sebanyak 91 kali di dalam Perjanjian Baru dan lebihnya banyak ditemukan dalam surat-surat Paulus. Kebenaran seringkali diterjemahkan sebagai sebuah hadiah pembenaran dari Allah melalui karya penuh anugerah Kristus dalam kematian-Nya. Tetapi kebenaran ini bukanlah sepenuhnya tepat untuk memahami penggunaannya dalam Injil Matius. Dalam Injil Matius “kebenaran” diartikan sebuah perilaku atau sebuah sikap yang benar sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Meskipun “Kebenaran” dalam Injil Matius penekanannya pada perilaku dan sikap yang benar tetapi tetap dalam koridor pada konsep kebergantungan mutlak pada anugerah Tuhan. Ketika orang-orang yang lapar dan haus merindukan “kebenaran” sikap dan perilaku benar dihadapan Tuhan, hanya bisa dituntun dan dipimpin serta dipuaskan oleh Allah sendiri.
Lapar dan haus akan kebenaran adalah lapar akan firman Tuhan. Firman Tuhan yang menyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupan manusia. Lapar dan haus memiliki 2 aspek yaitu:
- Hasrat untuk memahami kebenaran artinya pemahaman atau kerinduan tentang perilaku dan sikap benar sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Mazmur 1:1 mengatakan berbahagialah orang yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkannya siang dalam malam. Orang yang demikian bukan hanya sekedar suka tetapi ada bukti nyata ialah merenungkan firman itu siang dalam malam. Marilah kita mempunyai kerinduan untuk belajar firman Tuhan, memahami kehendak Tuhan dan butuh dipimpin oleh firman Tuhan.
- Hasrat untuk menerapkan kebenaran. Rasa lapar dan haus jelas tidak bisa diakhiri sekedar paham lalu selesai, sebab pemahaman akan selalu menghasilkan akan hasrat selanjutnya yaitu untuk melakukan dan menerapkannya. Orang yang mendengar firman dan tahu kebenaran tetapi tidak melakukannya sama seperti orang bodoh yang membangun rumah di atas pasir, sia-sialah segala pekerjaannya. Sebab itulah pentingnya melakukan firman Tuhan serta melakukan kehendak Bapa di surga. Pemahaman kebenaran tanpa penerapan adalah kepalsuan karena tidak mungkin hasrat untuk melakukan firman tidak muncul kalau pemahaman yang sejati akan firman Tuhan sungguh terjadi. Pemahaman sejati ditunjukkan dari berapa besar seseorang berhasrat untuk melakukannya.
Kiranya kebenaran yang diterapkan oleh orang Kristen melebihi dari yang diterapkan oleh orang Farisi dan ahli Taurat bukan karena mereka tidak melakukan yang tidak baik namun karena seringkali yang mereka lakukan itu adalah kepalsuan. Ketika hasrat dari hati sudah dimurnikan maka nyatalah kebenaran itu dalam penerapan hidup sehari-hari. Penerapan bukanlah kepura-puraan tetapi harus berasal dari hati yang paham dan sadar akan penerapan buah-buah kehidupan. Semakin lama memahami dan belajar firman Tuhan harusnya kita semakin lapar dan haus untuk melakukannya. Adakah rasa lapar ketika tidak membaca dan melakukan firman? Kiranya Tuhan memberikan kita selera rohani yang sungguh-sungguh membaca kita mencari kebenaran dan melakukannya.
Sumber:
- The Blessed People Part 5 | Pdt. Irwan Pranoto
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=ia5RxL6S0kQ
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th