Pada bagian pertama kekristenan yang progresif menyatakan bahwa Yesus adalah sebuah teladan hidup lebih daripada sebuah objek penyembahan. Orang-orang Kristen yang progresif atau yang sering disebut liberal merupakan sebagai ahli-ahli penyampai setengah kebenaran. Apa yang disampaikan oleh orang Kristen yang progresif seolah-olah benar kelihatannya tetapi jika ditelusuri lebih lanjut apa yang mereka maksud sebenarnya sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan ada ajaran-ajaran yang membuat orang percaya menjauhi kekristenan yang sejati.
Hukum yang kedua dalam bagian 10 hukum kekristenan progresif mengafirmasi potensi seseorang lebih dari pada mengingatkan mereka akan keberdosaan. Orang Kristen boleh setuju dari hukum yang kedua jika maksud dari pengajarannya bahwa kekeristenan bukan hanya soal dosa manusia. Tetapi yang menjadi masalanya adalah orang-orang yang menganut hukum kedua bukan hanya menekankan tentang dosa melainkan mereka lebih ekstrim mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya ketika lahir itu baik seperti kertas putih. Artinya manusia yang baru lahir memulai dari nol sehingga tidak berdosa atau tidak rusak.
Menurut kekristenan progresif manusia yang baru lahir tidak berdosa tetapi ketika mereka lahir terpengaruh oleh lingkungan seperti pergaulan yang buruk dan tatanan sosial yang tidak lagi mendukung pertumbuhan seseorang sehingga itulah yang menyebabkan mereka berdosa. Maka ada beberapa point yang menunjukkan bahwa hukum yang kedua tidak seharusnya dianut oleh orang Kristen yang sejati, yaitu sebagai berikut:
- Kekristenan tidak hanya mengajarkan bahwa manusia berdosa berarti kehilangan martabat atau nilainya. Artinya ketika manusia jatuh ke dalam dosa Alkitab tidak mengajarkan bahwa manusia ketika jatuh ke dalam dosa maka nilai atau martabatnya sebagai manusia akan hilang walaupun ketika berdosa mereka seperti binatang. Alkitab menegaskan ketika manusia jatuh ke dalam dosa gambar Allah tetap ada di dalam diri manusia (Kej. 9:6; Yak. 3:8).
- Pengajaran yang menolak keberdosaab manusia yang lahir setelah Adam adalah sesat dan tidak Alkitabiah. Artinya bukan berarti jika manusia memiliki martabat bukan berarti tidak berdosa sehingga tidak membutuhkan juru selamat. Seolah-olah ketika dikatakan bahwa manusia itu baik artinya bisa berbuat baik dan diperkenan oleh Allah tanpa intervensi daripada Allah itu sendiri.
- Pengajaran yang menolak keberdosaan asali manusia mengecilkan makna dari berita Injil Yesus Kristus. Roma 3:23 menjelaskan bahwa semua manusia telah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Ketika Adam berdosa maka semua manusia terkena dampaknya dan mereka pun dianggap berdosa seperti Adam. Jadi, kesalahan dan keberdosaan Adam diperhitungkan (1 Kor. 15:22). Oleh karena itu sejak awal manusia kecenderungannya membuahkan kejahatan (Maz. 51:7). Maka pada saat seseorang menolak keberdosaan pada saat mereka lahir, itu juga seolah-olah mengecilkan dan membuat pesan daripada Injil Yesus yang seharusnya unik menjadi tidak unik lagi.
- Pengajaran yang hanya menekankan kebaikkan manusia sama bahayanya dengan yang sebaliknya. Artinya pesan daripada Kekristenan bukan hanya menekankan bahwa manusia berdosa dan tidak ada yang baik sama sekali. Tetapi esensinya adalah keberdosaan merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah dan pada saat seseorang berbuat baik bukan lagi untuk memuliakan Tuhan, tetapi perbuatan baik seperti kain kotor (Yes. 64).
Marilah mengingat bahwa jangan sampai menyampaikan setengah kebanaran tetapi menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Amin
Sumber:
- 10 Hukum Kekristenan Progresif (Hukum #2) oleh Ev. Wilson Jeremiah
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=oM5iK3spFws
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th