Tidak semua orang yang miskin secara ekonomi memiliki kesadaran akan kemiskinan secara totalitas dirinya bahkan jiwanya. Miskin secara rohani memiliki kesadaran akan diri bahwa ia tidak memiliki apa-apa dihadapan Allah dan tidak bisa apa-apa tanpa Allah. Jadi, ciri murid sejati Yesus berkata berbahagialah orang yang memiliki kesadaran bahwa ia tidak memiliki apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa Allah. Mengapa Allah memilih orang yang miskin menjadi ciri murid yang sejati?
1. Memahami anugerah dengan benar
Orang yang miskin adalah orang yang memahami anugerah dengan benar. Ketika orang dinyatakan tidak memiliki apa-apa, bukan siapa-siapa, maka prinsip anugerah akan menjadi dasar dari hidup orang tersebut. Hanya mereka yang sadar bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa yang bisa melihat anugerah sebagai hal yang diberikan kepadanya bukan karena dia mampu tetapi karena Allah yang bermurah hati memberikan kepada dia yang tidak layak.
Orang yang merasa layak mendapatkan anugerah karena sudah berusaha maka ia tidak akan bisa memahami anugerah Allah dengan benar. Orang yang tidak memahami anugerah biasanya akan selalu insecure, misalnya Kain di dalam Perjanjian Lama. Pada waktu Kain mendapati bahwa persembahan Habel adiknya diterima Tuhan dan persembahannya ditolak. Kain kemudian marah karena ia merasa dirinya layak dan persembahannya harus diterima oleh Tuhan. Tuhan menegur Kain, namun ia tidak mendengar teguran Tuhan. Akhirnya Kain jatuh dari kesalahan yang berikutnya.
Sebelum seseorang memiliki kesadaran bahwa dirinya bukan siapa-siapa dihadapan Allah maka itulah yang membuat dirinya merasa layak dihadapan Allah. Inilah yang kemudian membuat seseorang resah, memiliki kekuatiran yang terus menggerogoti dirinya. Anugerah begitu penting bagi kebahagiaan sebagai berkat. Oleh karena itu, hanya orang yang menyadari anugerah yang bisa hidup berbahagia sebagai berkat yang dinikmati berasal dari Tuhan. Orang yang diberkati adalah orang yang mempunyai kesadaran akan anugerah yang hidupnya lebih giat bekerja bagi kemuliaan nama Tuhan.
2. Mengasihi Allah dengan benar
Ketika seseorang tidak memiliki apa-apa, bukan siapa-siapa bukan hanya berbicara prinsip anugerah tetapi juga kesadaran akan keagungan Allah, kesadaran akan ketidaklayakkan diri sehingga membuat dia hidup takut akan Allah. Pada waktu seseorang melihat dirinya miskin maka ia akan melihat Allah lebih besar dan dirinya semakin kecil.
Orang yang empunya kerajaan surga adalah orang yang merasa dirinya tidak layak. Orang yang menyadari bahwa apa yang dimiliki adalah pemberian Tuhan sehingga itu yang membuat dirinya mengasihi Allah dengan kesungguhan dan mempertanggungjawabkan pemberian Allah.
Sudahkah kita menyadari seberapa miskin kita dihadapan Allah? Kiranya Tuhan menolong kita untuk sungguh-sungguh memiliki kesadaran bahwa kita adalah orang yang miskin dihadapan Allah, sehingga boleh menghargai anugerah dan lebih mencinta Tuhan sehingga kita disebut orang-orang yang diberkati dan berbahagia.
Pertanyaan:
1. Apakah ada batasan dalam konteks miskin dihadapan Allah?
Sumber:
- The Blessed People Part 2 oleh Pdt. Irwan Pranoto
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=VsZoKgCo3-4
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th