Image 1
Image 2
Image 3

Menikah Untuk Bahagia, Kok Beda Dengan Kenyataan?



Ada banyak orang berpikir bahwa tujuan menikah adalah mencari kebahagiaan dan ini adalah sesuatu hal yang wajar. Namun berdasarkan dari pengalaman banyak orang, tidak ada yang namanya pernikahan isinya hanya tentang bahagia. Hal yang harus diingat adalah jika seseorang hanya fokus pada kebahagiaan diri sendiri, maka pernikahan tersebut tidak akan bisa bertahan lama. Bahkan jika seseorang menikah dengan tujuan takut sendiri dan kesepian, maka ini akan menjadi masalah suatu hari nanti karena kenyataannya pada saat menikahpun seseorang bisa mengalami kesepian, sendirian dan bahkan tidak terkoneksi dengan pasangan.

Ada banyak orang ketika menikah memiliki begitu banyak harapan-harapan yang ingin ia dapat dalam pernikahan, misalnya harapan untuk mendapatkan seorang suami yang bisa memenuhi segala kebutuhan, harapan untuk mendapatkan istri yang lembut, bisa menyiapkan pakaian dan masih banyak harapan yang lainnya. Bahkan juga ada orang yang menikah karena kebutuhan-kebutuhan dan kerinduan-kerinduan diri sendiri. Hal ini dikarenakan banyak orang yang melupakan bahwa setiap pasangan tidak ada yang sempurnah sehingga tidak mungkin pasangan bisa memenuhi segala kebutuhan dan keinginan 100%. Akibatnya munculah rasa kecewa dan ragu dengan pasangan. 

Perlu diingat bahwa di dalam pernikahan ada satu rancangan Tuhan yang jauh lebih indah dan bermakna, dibandingkan hanya sekedar sampai kepada kebahagiaan diri sendiri. Di dalam Alkitab Tuhan merangkai pernikahan diantara dua orang yaitu pria dan wanita sehingga keduanya ini akan menjadi satu daging di dalam satu kesatuan. Pasangan yang sudah menikah akan meninggalkan ayah dan ibunya kemudian bersatu dengan istri atau suami. Maka seharusnya kesatuan yang harus dicapai di dalam pernikahan.

Kesatuan yang Tuhan sediakan di dalam pernikahan tujuannya adalah untuk memurnikan diri sendiri dan pasangan untuk menjadi seumpama emas yang murni sehingga terjadi peleburan manjadi satu. Di dalam surat Efesus 5 bahwa hubungan suami istri mengambarkan relasi Kristus dengan jemaat, yaitu hubungan yang intim dan dekat. Kristus yang digambarkan sebagai representasi dalam diri suami harus memberikan hidupnya untuk istri yang dikasihi. Sedangkan istri sebagai gambaran representasi gereja Tuhan harus tunduk dibawah kepemimpinan Kristus yaitu suami.

Jadi, idealnya para suami harus sungguh-sungguh mengasihi istri dan rela meletakkan kepentingan-kepentingan diri sendiri. Sedangkan istri tunduk kepada kepemimpinan dari suami yang rela meletakkan kepentingan-kepentingannya sendiri. Pada waktu istri tunduk kepada suami, ia harus juga meletakkan kepntingan-kepentingannya sendiri dan memilih tunduk kepada kehendak atau kerinduan suami. Hal ini sama seperti jemaat Tuhan tunduk kepada kemauan dan kehendak Kristus.

Di dalam kehidupan ini ada banyak proses penyempurnaan dan pengudusan yang Tuhan ijinkan ada di dalam pernikahan. Itulah sebebnya mengapa pernikahan ada rasa sakit di dalamnya dan bukan hanya bahagia. Firman Tuhan mengatakan “besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya.” Ketika di dalam pernikahan ada rasa sakit sebenarnya setiap pasangan saling manajamkan satu dengan yang lain. Namun yang indah adalah pada waktu seseorang memaafkan pasangannya dan tetap memilih tunduk pada Kristus maka sesungguhnya ia sedang dimurnikan dan semakin-hari akan semakin serupa dengan Dia. 

Jadi, di dalam proses pernikahan yang ada rasa sakit, itu artinys ada proses yang Tuhan sedang berikan untuk menajamkan dan memurnikan setiap pasangan supaya semakin serupa dengan Kristus. Marilah meneladani Kristus, ketika Ia mengalami rasa sakit, penolakan namun Ia memilih untuk mengampuni. Marilah mengasihi suami atau istri dengan melakukan kebaikan demi kebaikan sekalipun mungkin tidak dihargai. Tugas kita sebagai suami dan istri adalah melakukan kebaikkan kepada pasangan karena itulah yang Kristus mau kita lakukan.




Sumber: 

  • Menikah Untuk Bahagia, Kok Beda Dengan Kenyataan? oleh Anita Sieria
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=rZUfZNz2imU&t=25s
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama