Surat 2 Timotius diperkirakan oleh para ahli bahwa ini adalah surat terakhir Paulus yang diberikan kepada Timotius sebagai pesan terakhir. Setiap orang percaya pasti merindukan bahwa hidupnya bisa finishing well. Ada banyak orang yang memulai kehidupannya dengan buruk tetapi berharap untuk tetap setia dihadapan Tuhan sampai maut mempertemukannya dengan Tuhan.
Definisi finishing well yang dimaksud di dalam Alkitab bukan berbicara tentang kaya raya, punya kuasa, popularitas atau kesalehan. Tidak ada satupun diantara manusia yang bisa hidup bersih dan tidak berdosa dihadapan Tuhan. Hal ini dikarenakan manusia adalah orang yang berdosa dan senantiasa di dalam kesengajaan ataupun ketidaksengajaan orang bisa melakukan dosa dihadapan Tuhan. Tetapi finishing well berbicara bagaimana orang percaya menjadi anak Tuhan yang senantiasa belajar melakukan apa kehendak Tuhan dan memujudkan kehendak tersebut di bumi seperti di surga.
Ada beberapa penyebab yang menghambat seseorang untuk finishing well yaitu sebagai berikut:
1. Keinginan diri sendiri yang bertentangan dengan kehendak Tuhan
Yesus pernah berkata kepada murid-murid-Nya “setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” Artinya adalah seringkali keinginan diri sendiri berlawanan dengan keinginan Tuhan.
2. Karakter yang tidak mau dibentuk serupa Kristus
Kedua hal ini yang membuat seseorang pada akhirnya sulit untuk mengakhiri kehidupannya dengan baik. Namun ada hal yang bisa dilakukan dalam menjalani hidup sampai finishing well yaitu belajar dari kisah hidup Paulus. Paulus adalah seorang yang mengawali kehidupannya berdasarkan kehendaknya sendiri. Di dalam kesaksian hidup Paulus di dalam Gal. 1:13-14 menjelaskan bagaimana dirinya benar-benar memegang hukum Taurat. Paulus membinasakan orang-orang Kristen karena pada zaman itu, orang-orang Kristen dianggap sebagai agama bidat.
Saulus menjadikan Yesus sebagai manusia biasa sebelum namanya di ubah menjadi Paulus. Pada saat Paulus masih menjadi Saulus maka yang ada dipikirannya adalah pada waktu ia menganggap Yesus sebagai Tuhan, itu artinya dia mempertuhankan manusia. Itulah sebabnya Saulus kemana-mana mencari orang kristen untuk ditangkap dan juga dibunuh. Tetapi di dalam Gal. 1:15 menjelaskan ditengah-tengah Saulus membunuh dan menganiaya orang-orang Kristen, disanalah kasih Tuhan menjumpai dirinya lewat suara-Nya (Kis. 9).
Semenjak Saulus namanya berubah menjadi Paulus, di dalam hidupnya ia sangat melayani Tuhan dengan sangat luar biasa. Paulus menghadapi tantangan yang tidak mudah di dalam pelayanannya. Tetapi menariknya ditengah segala kesulitan itu, dia tetap bisa finishing well seperti yang ditulis di dalam 2 Kor. 24-27 dimana ia disesah setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, didera tiga kali, satu kali dilempar batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam terkantung-kantung di tengah laut, sering diancam, berjerih lelah dan bekerja berat, kerap kali tidak tidur, kelaparan dan dahaga, berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian. Apakah kita pernah sebagai orang percaya membayangi ketika melayani Tuhan yang kita terima adalah seperti yang dialami Paulus. Apakah ditengah kondisi yang seperti itu membuat kita tetap setia melayani, mengikut atau justru meninggalkan Dia?
Sumber:
- Finishing Well oleh Pdt. Albert Kurniawan
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=iAyHiW8Yh5M
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th