Image 1
Image 2
Image 3

Titik-titik Rawan Perjalanan Iman Part 2

2. Hidup Dikotomi

Orang-orang yang hidup di dalam dikotomi secara khusus bisa mengingat Tuhan di dalam moment ritual-ritual ibadah. Tetapi ketika moment ritual ibadah selesai maka Tuhan tidak lagi di pandang atau diabaikan. Maka tidak heran orang yang rajin baca Alkitab tetapi hidupnya tidak berdampak artinya aktivitas rohani tidak menjadikan hidupnya berubah. Hal ini dikarenakan dia melakukan pemisahan antara kehidupan rohani dan kehidupan pribadi. Di dalam model hidup seperti ini ada banyak orang Kristen hidupnya di dalam Kristus tetapi bisa jadi jatuh di dalam hidup dikotomi. Di mana Tuhan hanya ditempatkan sebagai urusan rohani dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan-kehidupan area-area yang lain. Tuhan hanya berkaitan dangan saya ketika menyembah Dia tetapi bagaimana saya mencari uang, pasangan dan lain sebainya Dia tidak lagi berkaitan dengan saya. Artinya seseorang bisa menentukan apa yang baik bagi dirinya sendiri.

Jika kita hidup di dalam dikotomi maka sekalipun kita beribadah, menyembah Tuhan maka semua itu akan menjadi sia-sia yang tidak akan membawa perubahan apapun di dalam kehidupan kita. Hal ini dikarenakan kita melakukan bukan untuk mempersembahkan seluruh hidup kepada Tuhan melainkan hanya mempersembahkan sebagian kecil dari hidup kita. Orang yang betul-betul memiliki disiplin rohani adalah orang yang membawa seluruh hidupnya di hadapan Tuhan.

Marilah kita juga merefleksikan hidup ini, apakah selama ini kita ditenangkan dengan ritual rohani, kita merasa aman karena masih tetap ke gereja, kita merasa aman karena kita masih membaca Alkitab. Tetapi mari selidiki apakah semua aktivitas rohani tersebut berdampak di dalam kehidupan kita. Jika jawabannya tidak maka berarti kita adalah orang yang hidup di dalam dokotomi.

3. Menduniawikan Tuhan

Setiap kita mungkin memiliki hidup yang terkesan rohani karena di dalam segala hal kita berdoa, mengingat Tuhan, melakukan aktivitas-aktivitas rohani yang kelihatannya berkaitan erat dengan dimensi kehidupan yang lain. Tetapi yang menjadi persoalan adalah kita bukan mempersembahkan hidup buat Tuhan, bukan tunduk kepada kehendak-Nya namun justru kita memperalat Tuhan untuk memenuhi semua keinginan kita. Misalnya ada orang Kristen di dalam hidupnya ia tetap berdoa bahkan berpuasa tetapi ketika dicek alasan melakukan hal tersebut bukan supaya ia ingin tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan tetapi supaya Tuhan memberkati semua yang dikerjakannya berhasil. Dengan kata lain kita sedang memperalat Tuhan memuaskan kesenangan dan ego diri sendiri.

Ini adalah titik rawan dimana sesungguhnya kita tidak menjadikan Tuhan sebagai Tuhan. Karena pada waktu kita memperalat Tuhan itu artinya yang menjadi Tuhan bukanlah Dia melainkan diri sendiri. Sesungguhnya saat kita ingin semua doa-doa terjadi seperti yang kita inginkan maka yang menjadi tuan adalah diri sendiri dan bukan Tuhan. Terkadang dalam situasi atau moment tertentu kita bisa terjebak dalam memperalat Tuhan. Apalagi ketika membaca Alkitab dan melihat Tuhan mau memberkati karena kita adalah anak-anaknya, sehingga menggangap bahwa ini jaminan bahwa apapun yang akan kita minta pasti terwujud. Tetapi kita lupa bahwa Tuhan memang memberkati dan menjaga semua anak-anak-Nya hanya ketika kita tunduk di dalam pimpinan-Nya. Artinya kita yang mengikut Tuhan bukan Tuhan yang mengikut kita.

Ini adalah titik-titik rawan di dalam kehidupan kita yang harus dikoreksi dan diperhatikan. Apakah hidup kita adalah orang-orang yang mengabaikan Tuhan? Di dalam kehidupan kita adakah kehidupan yang dikotomi? Atau justru saat ini kita sedang memperalat Tuhan untuk memuaskan kepentingan ego diri sendiri? Jika kita hidup di dalam 3 model ini, marilah secepatnya kembali kepada Tuhan.





Sumber:

  • Titik-titik Rawan Perjalanan Iman, oleh Ev. Samuel Sugiarto
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=I9CNOhpUbMg
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama