Image 1
Image 2
Image 3

Menghakimi: Boleh atau Tidak?

 


Matius 7:3 menjelaskan janganlah kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi dan akhirnya kita memberikan kesimpulan bahwa tidak boleh menghakimi. Hal ini dikarenakan nanti ukuran yang kita pakai untuk menghakimi orang lain akan dipakai untuk menghakimi kita. Namun sebelum mengambil kesimpulan yang demikian mari perhatikan ayat 6 yang menjelaskan bahwa ada yang disebut anjing dan babi. Anjing dan babi janganlah diartikan secara harafiah tetapi ini berbicara figuratif yang mengambarkan ada orang-orang yang perilakunya seperti anjing dan ada juga orang-orang yang tindak tanduknya seperti babi, bukankah hal yang demikian juga termasuk menghakimi?

Matius 7:3 menyebut satu kata “selumbar” artinya bisa berupa serpihan kayu, serpihan benda yang sangat kecil yang masuk kemata karena sedemikian kecilnya tidak bisa terlihat. Pada saat orang mengeluh ada benda yang masuk ke dalam matanya, kita harus mendekatkan diri kita dan mengamati dengan seksama bahwa ada potongan kayu, rambut, kertas atau potongan yang sangat kecil dan masuk ke dalam mata seseorang. Sedangkan diayat ini diartikan sebagai balok penompang utama bangunan. Ay. 3 berkata mengapakah engkau melihat selumbar dimata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui. Kata ‘melihat’ diartikan melihat dengan sekilas bukan mengamat-amati dan mencermati tetapi ‘balok yang tidak engkau ketahui’ menggambarkan melihat dengan begitu seksama.

Bolehkah kita menghakimi?

1. Kita Tidak Boleh Menghakimi Dengan Sambil Lalu

Penghakiman yang terlalu cepat, seringkali menunjukkan bukan kenyataan tetapi diri kita. Ada seorang rekan mengirimkan gambar salah seorang bapak memeluk seorang remaja disebuah hotel dan pasti mereka cek in. Ternyata seseorang yang menyebarkan video tersebut sudah memenggal gambar tersebut sesuai dengan kepentingannya. Sesungguhnya digambar tersebut ada istri, anaknya dan remaja tadi yang dipeluk bapak tersebut adalah anaknya sendiri yang sudah lama tinggal di luar negeri. Orang memenggal video tersebut dengan tujuan agar bapak ini seolah-olah tidur dengan remaja di hotel tertentu.

Penghakiman atau penilaian yang terlalu cepat tidak boleh dilakukan, karena jika melakukan maka kita seperti yang Tuhan Yesus katakan yaitu dengan sekilas kita bisa ada selumbar yang membuat mata orang kelilipan. Jadi jika ingin memberikan penghakiman dan penilaian kepada seseorang, jangan sekilas tetapi pastikan kita melakukan dengan seksama dan data yang lengkap dari kedua belah pihak.

2. Tugas Utama Kita Terus Menerus Memperbaiki Diri Sendiri

Tugas utama kita sebagai anak-anak Tuhan adalah bukan terus-menerus mengawasi lain, melainkan tugas utama kita adalah terus menerus memperbaiki diri sendiri yaitu mengeluarkan balok yang ada di mata kita. Jika kita terus menerus menilai orang lain, Tuhan Yesus berkata kita adalah orang-orang munafik yang artinya pemain sandiwara. Hal ini dikarenakan kita dengan cepat mengenali ketidakberesan di dalam diri orang lain sementara tidak mau berurusan dengan ketidakberesan di dalam diri kita. Jika kita terus memperbaiki diri maka ketika menghakimi orang lain dilakukan dengan jujur, tulus, dan penghakiman yang sebagaimana mestinya.

Di dalam hidup ini tidak mungkin kita tidak menilai dan menghakimi, walaupun kita tidak langsung mengatakannya. Jadi penghakiman itu harus untuk menentukan yang benar dan salah, ajaran yang salah dan benar, perilaku yang baik dan tidak baik dan masih banyak lagi. Namun ketika kita membuat sebuah penghakiman atau penilaian pastikan yang pertama jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan.





Sumber:

  • Menghakimi: Boleh atau Tidak? Oleh Pdt. Wahyu PramudyaSurya 
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=hwoqQo5TWig
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama