1. Kasih Allah Yang penuh totalitas
Kasih Allah merupakan satu dasar yang paling fundamental. Di dalam dunia ini ada dua prinsip tentang Allah dan kasih yaitu, pertama agama yang percaya kepada Allah yang satu sulit sekali menggambarkan Allah itu adalah kasih. Karena kasih pada prinsipnya membutuhkan objek untuk dikasih. Kita tidak bisa mengatakan saya mengasihi tetapi kita tidak tahu siapa atau apa yang dikasih. Ketika mengasihi harus ada sesuatu objek sehingga kita bisa kemudian mengatakan saya mengasihi. Kedua agama yang percaya banyak Allah juga punya kesulitan tentang kasih, karena ketika Allah itu banyak lalu akan muncul pertanyaan tentang yang mana yang dikasihnya.
Tidak ada konsep yang benar menjelaskan tentang kasih dengan baik kecuali konsep Tritunggal, yang menggambarkan Allah itu ada tiga pribadi dan di dalam satu hakikat Tritunggal itu Allah mengasihi. Sehingga kita berani mengatakan Allah itu adalah kasih dan Dia tidak membutuhkan objek di luar dirinya, karena di dalam dirinya sendiri ada kesatuan tiga pribadi Allah yang saling mengasihi.
Kasih Allah sangat banyak ditemukan di dalam Injil Yohanes, misalnya Yoh. 3:35 yang menjelaskan Bapak mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Allah Bapa mengasihi Anak dan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya secara totalitas. Kasih yang tidak biasa adalah kasih yang penuh dengan totalitas. Kemudian di dalam Yoh. 5:20 Allah Bapa memberikan segalanya atau menyerahkan segala sesuatu kepada Allah Anak. Kasih Tritunggal adalah kasih yang menyangkut totalitas, dimana ketika pribadi yang satu mengasih yang lain harus lebih dalam totalitasnya bukan setengah, sebagian tetapi sepenuhnya. Kasih yang tidak biasa adalah kasih yang menyerahkan semuanya dan kasih yang menyatakan segalanya. Sebagai refleksi adalah marilah kita memperbarui tekad untuk mengasihi Allah secara totalitas, karena kita memiliki Allah yang mengasihi kita dengan totalitas.
2. Kasih Providensi Allah
Ketika Alkitab menggambarkan tentang kasih Allah bukan hanya menggambarkan kasih di dalam ketritunggalnnya tetapi juga kasih Allah yang di dalam providensinya. Kasih providensial Allah ada di dalam Mat. 5:44 Yang menyebutkan bahwa Allah menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan juga orang yang baik. Allah ketika mengasihi di dalam providensinya maka kasih-Nya tidaklah membeda-bedakan. Dimana Dia menerbitkan matahari bukan hanya diberikan Tuhan kepada orang yang baik-baik saja namun kepada orang yang jahat pun mereka mendapatkan matahari sebagai pemeliharaan Tuhan. Allah menurunkan hujan bagi orang yang benar tetapi juga orangnya tidak benar pun juga menurunkan hujan di sawahnya.
Ada pemeliharaan Tuhan yang digambarkan di dalam kasih providensi-Nya yang tidak membeda-bedakan, semuanya itu dipelihara. Menarik ayat 45 jika bandingkan dengan ayat 44 sebelumnya. Sebenarnya ayat tersebut adalah sebuah perintah Yesus didalam Mat. 5:44 dimana Yesus memerintahkan agar kita mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kamu. Barulah kemudian di lanjutkan di dalam ayat 45 yang berbicara nasihat supaya kita tidak memandang muka didalam kasih kita tetapi kita belajar dari kasih Allah yang memberikan matahari, udara dan hujan kepada semua orang tanpa memilih-milih.
Kasih yang tidak biasa adalah kasih yang tidak membeda-bedakan dan kasih yang mengasihi musuh serta mendoakan yang menganiaya kita. Marilah kita belajar mengasihi seperti Allah mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Ingatlah bukan kita yang mengasihi Allah lebih dulu melainkan Allah yang lebih dulu mengasihi kita, sehingga kita dimampukan untuk mengasihi dengan kasih yang tidak biasa.
Sumber:
- Kasih yang Tidak Biasa, oleh Pdt. Irwan Pranoto
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=6Jp5OFBGbPU
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th