Image 1
Image 2
Image 3

Jatuh Cinta atau Demi Cinta? Sesi 1 (bagian 2)



Jatuh cinta yang dirasakan karena nafsu maka hubungan dan relasi seseorang akan menimbulkan masalah. Hal ini dikarenakan cinta karena nafsu akan membuat perasaan seseorang bisa merasa hambar dan jika perasaan itu hambar dan rangsang hormon telah menurun akan mempengaruhi akan perasaan cinta terhadap orang yang dikasihi. Cinta tidak seharusnya bergantung kepada perasaan atau daya tarik romantik. Konsep jatuh cinta bukan hanya sekedar puitis tetapi seseorang harus bertanggung jawab mengendalikan perasaannya.

Banyak sekali pernikahan yang dimulai dengan kecerobohan dan berujung kepada perceraian karena kedua pihak jatuh cinta pada orang yang salah. Natur kemanusiaan yang berdosa mendefinisikan cinta tidak lebih dari emosi, seseorang mengambil keputusan karena berdasarkan emosi dan menikah karena merasa jatuh cinta. Hal ini yang akhirnya menjadi alasan banyak sekali relasi keluarga, relasi suami istri berakhir dengan saling menyakiti satu dengan yang lain.

Alkitab mengajarkan bahwa cinta sejati bukan sekedar emosi yang datang dan pergi. Kidung Agung 8:6-7 menceritakan bahwa cinta bukan perasaan tetapi tindakan melalui ikrar ke dalam hati tenang, artinya cinta ditempel, dimateraikan dalam hati dan lengan. Cinta akan memberikan kekuatan untuk mewujudkan cinta yang murni karena jika cinta dimateraikan di dalam hati dan lengan maka disitu terletak kekuatan cinta, sekalipun air bah menerjang, sungai-sungai meluap tetapi cinta tidak akan tergoyahkan. Kekuatan cinta sungguh luar biasa karena nalarpun bisa dikalahkan olehnya.

Bagaimanakah kita memahami akan cinta, jatuh cinta dan demi cinta menurut iman Kristen?

Jatuh cinta adalah menjadi terpikat pada seseorang dan mulai merasa cinta pada orang itu. Jatuh cinta sedang menggambarkan perasaan senang seseorang ketika merasakan cinta. Alkitab tidak berbicara tentang jatuh cinta, melainkan tentang cinta itu sendiri. Jadi Alkitab berbicara sangat serius tentang apa itu cinta. Menurut Kamus Teologi Baker, cinta adalah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri, penuh kasih sayang, dan baik hati untuk orang lain dan sumber keinginan itu berasal dari Tuhan.

Alkitab tidak menggambarkan sebagai perasaan tetapi suatu tindakan yang dipilih, misalnya memilih untuk mengasihi dan memateraikan di dalam hati dan lengan orang yang dicintai. Bukan hanya itu, tetapi kita juga harus memiliki komitmen untuk kebaikan orang lain. Ide dibalik ekspresi jatuh cinta sangat bergantung pada perasaan senang dan kuatnya rangsangan hormon di dalam diri seseorang. Tetapi cinta menurut Alkitab adalah cinta yang berada dalam kondisi terpisah dari perasaan. Dengan kata lain kita harus mentaati, mengasihi orang lain sebagaimana yang dikatakan Alkitab “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:39b).”

Jadi menurut Alkitab cinta adalah pilihan dan bukan emosi. Cinta adalah komitmen dan bukan dorongan hormonal. Cinta memilih untuk berdamai sekalipun kita sedang marah besar. Cinta memilih untuk memaafkan ketika kita menyimpan dendam bertahun-tahun. Cinta memilih untuk bersabar walaupun kita membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu. Jika di dalam hubungan yang diandalkan adalah emosi maka kita pasti akan kecewa. Mencintai harus menjadi keputusan yang sadar. Puisi dan lagu tentang cinta memang indah dan memberikan kepada kita luapan harapan serta keinginan. 

Marilah kita mengingat bahwa perasaan itu cepat berlalu dan akan memudar dengan seiring dengan waktu. Gairah hormonal di dalam diri akan merendah ketika suatu moment telah berlalu. Namun ketika memilih mencintai seseorang maka kita juga harus berani mengambil tanggung jawab untuk memperlakukan mereka dengan penuh kasih terlepas dari perasaan dan emosi.







Sumber:

  • Jatuh Cinta atau Demi Cinta? (1) Oleh Pdt. Bambang Wijanto
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=aoH-BCOOvM0
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama