Pertanyaan:
1. Mengapa hidup disebut sebagai sebuah perjalanan?
Jawab: Ketika berbicara langkah maka juga akan berbicara mengenai gerak. Ada gerak berarti ada yang ditinggalkan dibelakang dan ada arah yang dituju. Melangkah lebih susah dari pada berdiam diri. Jika diam berarti stabil dan aman, namun setiap kali melangkah di depan kita akan menjumpai ada lubang, duri, batu dan yang membuat bisa jatuh atau tersandung. Kehidupan orang beriman digambarkan sebagai perjalanan yaitu perjalanan di masa lalu, masa kini dan dimasa depan. Perjalanan di masa lalu seringkali ada banyak kesusahan, tantangan dan akhirnya membuat kita meresponi. Ketika respon itu berhasil maka kita akan gunakan lagi dan akhirnya menjadi pola mengikat diri dengan satu pola tertentu. Misalnya pada suatu hari kita masuk di dapur dan melihat ada tikus. Kebetulan ditangan anda memegang satu toples isinya garam, maka mungkin anda mengambil sedikit garam lalu di lontarkan di jalur tikus. Sehingga tikut tersebut lari terbirit-birit dan tidak muncul lagi. Sejak itu jika ada tikus lagi dan kita pasti akan mengambil garam dan melontarkan garam kepada tikus tersebut. Lama-lama kita bisa saja membuat cerita kalau ada tikus dan supaya kabur serta tidak masuk dapur, timpuklah dengan garam. Hal ini akan menjadi pola di dalam kehidupan kita khususnya dalam mengatasi tikus.
Demikian juga di dalam pola pribadi, pola marah, pola berhubungan dengan orang lain, pola mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Kemudian kita seringkali terbentuk menjadi diri kita yang sekarang dan tanpa disadari pola tersebut terus diulang. Padahal pola itu adalah cara kita menghadapi perjalanan di masa lalu, namun kita lupa bahwa saat ini kita berada di dalam perjalan yang baru. Jika melihat di Indonesia saat ini begitu banyak hal-hal baru, misalnya kendaraan umum: kereta api yang makin maju, jalan tol, lapangan terbang dimana-mana. Ini semua adalah hal baru yang sudah terjadi tidak bisa dihalangi dan kita meski meresponi. Jika kita meresponi dengan pola yang lalu belum tentu pola atau cara itu cocok. Melangkah di padang pasir akan beda melangkah di padang gurun. Seringkali seseorang tidak mendapatkan berkat Tuhan karena dia tidak mau merubah pola dengan hal baru. Jadi kita tidak bisa mengatakan: kok Tuhan tidak memberikan saya berkat? Kok Tuhan tidak tolong kami? Orang lain kok ditolong saya tidak? Padahal Tuhan sudah menyiapkan berkat yang tidak kita lihat, selama kita tidak mengubah pola atau cara. Melangkah ke arah yang baru dengan cara yang baru.
Pertanyaan:
2. Ketika ada perubahan baru memaksa kita melakukan tetapi kita tidak mau melakukan. Apakah hal tersebut bisa dikatakan ketinggalan?
Jawab: Bukan hanya ketinggalan karena kadang-kadang ada hal baru yang Tuhan berikan untuk menjadi berkat kepada kita. Ketika kita tidak menyambut hal baru tersebut berkat itu tidak akan dinikmati, tidak dikenali, dan akhirnya kita memilih jalan lain yang membawa kita ke dalam kesulitan-kesulitan baru. Lalu kita merasa kok Tuhan tinggalkan saya? Tuhan tidak sayang saya? Kok anak saya tidak berubah? Padahal saya sudah minta kepada Tuhan, supaya dia berubah. Mungkin Tuhan sudah memberikan petunjuk yaitu cara menghadapi anak mesti berubah.
Di dalam Yosua 3 menceritakan orang Israel yang sudah menyebrang sungai Yordan dan tinggal masuk Kanaan, impian puluhan tahun di depan mata. Tetapi lucunya, kenapa Tuhan tidak menyuruh mereka segara masuk untuk merebut impian itu? Kenapa mereka menunggu beberapa saat? Bahkan ada saat dimana orang Israel di suruh sunat dulu, padahal mereka mau perang. Tetapi kemudian ada kata-kata demikian kamu (orang Israel) siap-siap dan waspada, begitu tabut perjanjian maju, kamu ikutin di belakang tabut tersebut karena kamu akan menempuh perjalanan yang kamu tidak tahu sebelumnya. Perang orang Israel tidak dimulai dengan mengirim pasukan yang gagah, pasukan kuda, pasukan pemanah dan pasukan lainnya. Tetapi dimulai dengan tabut yaitu tanda kehadiran Tuhan di depan dan orang Israel harus ikuti atau tinggalkan pola yang lalu. Bagi orang Israel ini adalah hal baru, karena selama di padang gurun mereka mengikuti tiang api dan tiang awan dan sekarang ikut tabut yang kelihatan pada hal dalam situasi menghadapi musuh. Pada saat itu tabut Allah didepan dan jika dirampas bagaimana dengan orang Israel? Tetapi inilah yang diminta Allah yaitu bersediakah orang Israel melakukan hal tersebut. Jadi bagi orang Israel perjalanan ini adalah perjalanan untuk maju berperang, maju mendapatkan berkat Tuhan tetapi dengan meletakkan Tuhan di depan sebagi yang utama.
Sering kali kita membuat begitu banyak rencana dan terkadang ketika rencana itu berhasil kita cenderung untuk memuliakan diri sendiri. Itulah sebabnya kadang-kadang Tuhan bisa memberikan kita situasi dimana semua rencana kita tidak berjalan supaya kita ikut Dia dan tunggu Dia bertindak. Marilah kita belajar meletakkan Tuhan di pusat pertimbangan dan rencana kita. Tuhan ingin dimana Ia maju di situ kita maju dan Di mana Dia bertindak itu yang menentukan seberapa besar kita cepat bertindak artinya sesuaikan dengan langkah Tuhan. Jika Tuhan menyuruh kita berhenti maka berhenti.
Sumber:
- Melangkah Dengan Cara Baru, Oleh Pdt. Robby I Chandra
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=PRGiroYQWEI&t=344s
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th