Begitu banyak orang yang memprediksi tentang tahun 2023, terlepas dari apa yang diprediksi, satu pertanyaan penting yang harus diingat yaitu bagaimana sebagai anak-anak Tuhan kita memiliki sikap hati yang tepat dalam menjalani tahun ini seturut dengan kehendak Tuhan?
Dalam mengakhiri dan mengawali tahun yang baru biasanya orang membuat yang namanya resolusi. Resolusi ini sebuah harapan yang dibuat dengan satu ketekatan hati dengan semangat meninggalkan yang lama dan menyambut yang baru. Pada kesempatan ini kita akan belajar firman Tuhan dari Efesus 5. Efesus pasal 5 ini memiliki pembahasan tentang manusia baru. Paulus mengatakan bahwa orang percaya adalah ciptaan yang baru, manusia baru yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Paulus menjelaskan bahwa gaya hidup dari manusia yang baru seharusnya berbeda dari manusia lama.
Ada 3 prinsip yang dimiliki sebagai anak Tuhan yaitu sebagai berikut:
1. Melihat Kehidupan Sebagai Anugerah Tuhan
Perbedaan manusia lama dan manusia baru dapat terlihat dengan sangat jelas didalam Ef. 5:15, dimana manusia lama digambarkan sebagai orang bebal sedangkan manusia baru digambarkan sebagai orang arif. Paulus menegaskan kepada jemaat Efesus ‘kamu adalah manusia baru jangan lagi hidup seperti orang bebal tetapi hidup seperti orang arif’. Hal ini juga berlaku bagi kita saat ini yaitu memiliki sikap hati yang sama seperti orang arif. Perbedaan sikap hati orang arif dan orang bebal yaitu, orang arif mempunyai ciri memperhatikan dengan seksama bagaimana ia hidup. Artinya orang arif tidak hidup sembarangan melainkan ia sangat memperhatikan hidupnya dengan seksama. Sedangkan orang bebal tidaklah demikian, orang bebal lebih suka hidup dengan sembarangan, seenaknya, dan sesukanya.
Oleh karena itu Paulus mendorong anak-anak Tuhan untuk memiliki sikap hati seperti orang arif, yang memperhatikan dengan seksama bagaimana ia hidup. seorang yang arif melihat kehidupan sebagai anugerah Tuhan, sedangkan orang bebal tidaklah demikian. Sebagai orang Kristen kita harus menjalani kehidupan ini dengan syukur, serius, dan melihat dengan seksama supaya tidak menjalani kehidupan dengan sembarangan karena hidup saat ini adalah anugerah Tuhan.
Orang bebal adalah orang yang melihat kehidupan ini sebagai kebetulan misalnya kebetulan saya lahir. Bagi orang bebal hidup ini seperti retetan peristiwa kehidupan yang mengalir begitu saja jauh dari anugerah Tuhan. Orang yang seperti ini tidaklah mengherankan jika orang bebal tidak memperhatikan hidup karena semuanya kebetulan, dia mau hidup bagaimana pun tidak ada perbedaannya. Oleh sebab itu kadang kala kita mendengar motto orang bebal ‘biarkan semuanya mengalir saja, ini hidup saya.’
Anugerah Tuhan bukanlah hasil usaha, anugerah juga bukan sebuah kebetulan, anugerah adalah sebuah pemberian, sebuah hadiah yang diberikan Tuhan bukan karena kelayakkan manusia, bukan karena kehebatan, tetapi karena kasih karunia Tuhan. Beberapa orang yang salah memahami, dimana anugerah memang tanpa syarat, anugerah memang bukan karena siapa saya tetapi anugerah bukanlah tanpa alasan dan tanpa tujuan. Ketika Tuhan memberikan anugerah kepada manusia, Ia mempunyai rencana dan rancangan. Itu sebabnya orang yang memahami anugerah akan memperhatikan dengan seksama bagaimana ia hidup, jangan sampai ia hidup tetapi tidak memenuhi apa yang Tuhan rancangkan dalam hidupnya.
Banyak orang percaya yang mengakui bahwa hidup ini adalah anugerah tetapi hidup mereka tidak mencerminkan hal tersebut. Orang yang sungguh-sungguh sadar arti hidup adalah anugerah akan terlihat dari berapa serius ia menjalani hidupnya bukan hanya sekadar membicarakannya tetapi dari keseriusan memperhatikan hidup dengan seksama bagaimana ia hidup. Misalnya ketika memasukki tahun 2023 banyak orang-orang yang mengucap syukur kepada Tuhan tetapi masalahnya ia hidup sembarangan. Jika seseorang bersyukur dengan apa yang dia terima, maka tidak seharunya ia merusakkan apa yang ia terima. Mestinya ia menjaga dan memelihara, meperlakukannya dengan seksama dan dengan penuh perhatian.
Sumber:
· Sikap Hati Menyambut Tahun 2023 Part 1 Oleh Pdt. Irwan Pranoto
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th