Maria adalah seorang dari suku Yahudi keturunan Daud dan seorang perawan (Yes. 7:14). Orang-orang di Yudea memandang rendah orang-orang Yahudi daerah Galilea dan mengklaim mereka bukanlah orang baik karena pergaulan dengan orang bukan Yahudi (Mat.4:15). Hal yang lebih tidak enak didengar adalah orang-orang Yudea sangat memandang rendah orang Nazaret (Yoh. 1:45-46). Ini merupakan suatu pengalaman pahit bagi Maria dan pastinya ia juga tidak memiliki cita-cita yang terlalu muluk-muluk terhadap dirinya, apalagi di masa itu, budaya sangat ketat dimana wanita masih warga negera kelas 2. Tetapi kepada wanita yang sederhana bukan wanita yang terkenal oleh masyarakat luas, namun di dalam kasih karunia Allah justru mengutus malaikat-Nya menjumpai Maria.
Dalam Lukas. 1:28 dikatakan bahwa Maria terkejut dan keterkejutan ini bukanlah keterkejutan biasa saja tetapi keterkejutan yang membuat Maria terkesima sebab bukan hanya kehadiran malaikat tetapi juga isi salamnya. Sebab dimata masyarakat Maria bukanlah siapa-siapa melainkan dimata Allah dia mendapat perlakuan yang sangat istimewah. Mungkin bagi Maria di dalam dirinya tidak ada hal yang unik sampai Allah harus menyampaikan salam yang sedimikian dalam maknanya. Tampaknya keterkejutan Maria belum selesai masih ada keterkejutan yang lebih di dalam ay. 30-33, ketika malaikat memberitahukan bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki.
Bagaimana respon Maria di dalam keterkejutannya? Maria menjawab kepada malakikat Tuhan yang telah membawa kabar baik tersebut ‘bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ Respon Maria ini menunjukkan bukanlah menunjukkan dirinya kurang iman melainkan satu pertanyaan yang menunjukkan dirinya tidak mengerti bagaimana hal itu mungkin terjadi. Hal ini merupakan pertanyaan yang wajar, sesuatu yang diluar pengetahuan yang dimiliki oleh seorang gadis sederhana.
Warren W Wiersbe pernah berkata jika Maria bertanya bagaimana hal itu mungkin terjadi? Bukanlah sebuah bukti ketidakpercayaan tetapi ini adalah suatu ungkapan iman. Maria mempercayai janji itu, tetapi ia tidak mengerti bagaimana terjadinya. Bagaimana caranya seorang perawan dapat melahirkan seorang anak? Hal ini dapat dilihat dari jawaban malaikat bahwa Roh Kudus akan turun atas Maria (ay. 35) dan dilanjutakan di ay. 37 sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Jawaban ini sekali lagi masih tidak membuat Maria tidak mengerti. Tetapi setelah Maria merenungkan perkataan Gabriel “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Barulah Maria meresponi “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Sumber:
Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th