Image 1
Image 2
Image 3

Pacaran Dalam Pernikahan: Rahasia Hubungan yang Tetap Hangat

 

Pasangan suami istri bersama mencerminkan relasi yang dipimpin kasih Kristus dalam pernikahan Kristen.


Ketika pasangan memutuskan untuk menikah, mereka seringkali beranggapan bahwa masa pacaran telah selesai. Kini, fokus berpindah pada rutinitas: pekerjaan, anak-anak, tagihan, dan segala bentuk tanggung jawab rumah tangga. Sayangnya, dalam proses ini, tak sedikit pasangan yang kehilangan “api” yang dulu menyalakan cinta mereka.

Namun, tahukah Anda bahwa pacaran seharusnya tidak berhenti di hari pernikahan? Justru setelah menikah, kita dipanggil untuk terus memelihara cinta itu—seperti mobil yang butuh servis berkala, pernikahan juga memerlukan perawatan rutin agar tetap “melaju mulus”.

1. Pacaran Setelah Menikah Bukan Ide Aneh, Tapi Kebutuhan

Istilah "pacaran dalam pernikahan" mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang. Namun kenyataannya, inilah cara paling alami untuk merawat dan meregenerasi cinta di tengah dinamika rumah tangga.

Pujian sederhana, seperti “kamu cantik hari ini,” atau “terima kasih sudah masak,” bisa menjadi bensin bagi jiwa pasangan. Seperti yang dikatakan dalam Amsal 31:29, "Banyak wanita yang telah berbuat baik, tetapi engkau melebihi mereka semua." Kata-kata apresiasi ini menyuburkan perasaan dihargai dan dicintai.

2. Jadwalkan Waktu Untuk Bersenang-senang Bersama

Romantisme tidak mati, kecuali kita membiarkannya mati. Penelitian dalam buku Maxima Married menunjukkan bahwa pasangan yang rutin menjadwalkan waktu rekreasi bersama, setidaknya setahun sekali, memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.

Ingat masa pacaran dulu? Makan bareng, nonton bareng, saling menunggu, bahkan saling mengalah demi menyenangkan hati pasangan? Semua itu bisa dan perlu dihidupkan kembali dalam pernikahan. Tidak harus mewah. Yang penting adalah kebersamaan yang hangat dan penuh perhatian.

3. Konflik Itu Biasa, Tapi Tanggapannya Harus Luar Biasa

Tak ada pernikahan tanpa konflik. Tapi pasangan yang mampu memelihara cinta romantis akan lebih mudah menyelesaikan konflik dengan bijak. Seiring waktu, dengan pertolongan Tuhan, kita belajar untuk tidak menyerang, melainkan mendengarkan dan memahami.

Seorang suami yang bersedia memijat kaki istrinya setelah seharian lelah, atau istri yang tetap mempercantik diri demi menyenangkan hati suami, adalah contoh nyata bagaimana kasih dalam pernikahan bisa tetap terasa seperti masa pacaran—hangat, tulus, dan saling mengutamakan.

Cinta yang Diperbarui Membawa Berkat

Mazmur 133 mengingatkan kita bahwa kehidupan yang rukun mendatangkan berkat Tuhan. Maka dari itu, berpacaran dalam pernikahan bukan sekadar romantisme, tetapi sebuah tindakan iman—memelihara kasih sebagai bentuk nyata kehadiran Allah dalam rumah tangga.

Pernikahan yang terus dibasahi kasih, dihiasi pujian, dan dihidupi dengan syukur adalah pernikahan yang memuliakan Tuhan. Dan bukankah itu tujuan utama dari pernikahan Kristen?


Yuk, Hidupkan Kembali Masa Pacaran Dalam Pernikahanmu.
Karena cinta yang terus diperbarui, akan terus menjadi berkat.

Lebih baru Lebih lama