Dalam artikel ini membahas tentang hidup dengan perspektif kekudusan di dasarkan dari 1 Tesalonika 5:23-28. Pengudusan memiliki 3 dimensi yaitu sebagai berikut:
- Merujuk pada status seseorang yang percaya kepada Tuhan Yesus telah dikuduskan. Dalam istilah teologia kekudusan artinya sanctification yang mengandung arti bahwa tatkala seseorang percaya kepada Yesus Kristus telah dikuduskan sekali untuk selamanya-selamanya oleh persembahan tubuh-Nya dikayu salib (Ibrani 10:10).
- Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sedang dalam proses pengudusan. Dalam istilah teologia seringkali hal ini disebut progressive sanctification.
- Berhubungan dengan masa depan saat Tuhan Yesus datang kedua kalinya secara sempurna orang percaya dikuduskan.
Dalam 1 Tesalonika 5:23 rasul Paulus mengatakan “Tuhan akan menguduskan kamu seluruhnya”, hal ini berbicara tentang kekudusan dimensi ketiga yaitu saat Tuhan datang kedua kali. Ada satu kisah ratu Victoria, pada waktu dia masih kecil ia seorang yang nakal. Para gurunya pun sangat sulit untuk memberitahukan sesuatu kepadanya, sampai pada suatu kali seorang gurunya mengatakan “kamu ini pasti akan menjadi queen.” Rupaya hal inilah yang mengubah sikap hidup ratu Victoria. Demikian juga sebenarnya rasul Paulus menekankan kekudusan yang nanti akan diberikan secara sempurna bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Saat kedatangan-Nya kedua kali rasul Paulus ingin supaya hal ini mendorong orang percaya untuk menjalani hidup dalam kekudusan.
Dalam artikel ini mari belajar tentang apa saja bentuk-bentuk hidup dalam kekudusan yaitu:
1. Hidup saling mendoakan (ayat 25)
Ayat 25 dikatakan “saudara-saudara doakanlah kami…” perkataan ini menarik karena dipasal sebelumnya dipasal 3, rasul Paulus mendoakan jemaat Tesalonika tetapi diakhir surat Tesalonika rasul Paulus meminta supaya jemaat juga berdoa bagi pelayanan rasul Paulus dan timnya. Saling mendoakan merupakan hal yang sangat penting didalam menjalani proses pertumbuhan dalam kekudusan. Seseorang dapat bertumbuh dalam kekudusan jikalau saling mendoakan, sebab doa merupakan alat anugerah Tuhan.
2. Saling menguatkan (ayat 26)
Di dalam ayat 25 dikatakan “sampaikan salam kami dengan cium yang kudus…”. Cium yang kudus adalah bentuk salam yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman itu. Pada zaman rasul Paulus cium yang kudus merupakan simbol saudara seiman yang saling mengasihi, bersatu dan saling menguatkan. Tentunya diharapkan bukan hanya berhenti di simbol ini tetapi akan nyata dalam praktek hidup. Saling menguatkan di antara saudara seiman merupakan wujud yang penting di dalam menjadi hidup dalam kekudusan dimana kita tahu bahwa suatu saat nanti akan dikuduskan secara sempurna oleh Tuhan.
Berbicara tentang saling menguatkan, hal ini mengingatkan pada satu lomba di mana ada rel kereta yang kemudian setelah sekian jarak tertentu diberi satu bendera dan orang-orang disuruh berjalan hanya di atas satu rel serta diminta untuk tidak boleh jatuh di atas rel. Rupaya banyak orang yang belum sampai ke tujuan sudah jatuh, lalu ada orang yang punya ide di mana yang satu orang berjalan di rel dan temannya yang lain berjalan di rel yang satunya, lalu bergandengan tangan sehingga mereka bisa berjalan tanpa jatuh karena saling menguatkan. Hal ini juga menjadi penting di dalam hidup kekudusan, orang percaya harus saling menguatkan, saling menopang sehingga sampai pada tujuan yaitu sampai akhir hidup didunia ini.
3. Saling menumbuhkan (ayat 27)
Rasul Paulus menganggap penting surat Tesalonika ini dibacakan kepada seluruh jemaat Tesalonika (Ayat 27), supaya jemaat Tesalonika dikuatkan, tidak tersesat dengan ajaran-ajaran yang ada yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Misalnya, jika di dalam jemaat Tesalonika sedang berduka maka kebenaran firman Tuhan di dalam Tesalonika dibacakan sehingga mereka akan mendapatkan kekuatan karena orang yang meninggal akan berkumpul dengan Tuhan. Di sisi lain jika jemaat Tesalonika ada yang bergumul dengan hidup dalam percabulan atau perzinahan maka dengan surat Tesalonika ini dibacakan itu akan menguatkan mereka menghadapi tarikan dosa dari percabulan atau perzinahan.
Semua orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan di dalam proses sampai nanti akan dikuduskan secara sempurna oleh Tuhan, mari kita saling mendoakan, saling menguatkan dan saling menumbuhkan.
Sumber:
- Hidup Dengan Perspektif Kekudusan oleh Pdt. Paulus Surya
- Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=OCosW2lNscY&t=497s
- Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com
Penyusun:
Shinta Lestari Zendrato, S.Th