Image 1
Image 2
Image 3

Yesus Sebagai Tuhan dan Juruselamat

Gambar/Ilustrasi: freebibleimages.org


Yohanes 20:26-29

Pada zaman dahulu istilah Tuhan atau Lord dipakai untuk menunjukkan gelar kehormatan yang disematkan kepada orang-orang yang mulia di dalam masyarakat. Akar kata dari Tuhan artinya penguasa. Para raja pada zaman dulu sering disebut sebagai tuan dan dianggap sebagai keturunan ilahi. Gelar kehormatan ini kemudian menunjuk kepada gelar agama seperti Yesus adalah Tuhan.

Roma 1:2-4 menyebutkan bahwa Injil itu telah dijanjikan Allah sebelumnya dengan perantara nabi-nabi di dalam Kitab Suci tentang Anak-Nya yang akan diperanakkan dari keturunan Daud, menurut Roh Kudus dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa. 

Yesus adalah Tuhan karena Dia adalah Sang firman Allah yang menjadi daging atau menjadi manusia (Yoh. 1:14). Bagi orang Kristen untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan berdampak masalah besar di dalam masyarakat. Pada zaman kekaisaran Romawi sikap umat Kristen yang menolak untuk menghormati dewa-dewa dianggap sebagai tidak patrolitik maka banyak orang Kristen disamakan dengan golongan perusak masyarakat.

Pada tahun 150M pemerintah privinsi Yudea berkesimpulan bahwa sikap umat Kristen yang menolak untuk menyembah para dewa maka mereka harus bertanggungjawab atas semua penyakit yang timbul seperti kelaparan, wabah gempa bumi, berbagai praktek kanibalisme dan sihir. Umat Kristen percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan menidentifikasi diri sebagai budak-budak daripada Tuhan Yesus.

Para Martir berkata bahwa saya orang bebas tetapi sebagai budak dari Kristus. Filipi 2:9-11 menjelaskan bahwa Allah sangat meninggikan Yesus dan mengaruniakan kepada-Nya nama diatas segala nama supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di bumi, bawah bumi dan mengakui Dia adalah Tuhan. Perlu diingat, jika seseorang bisa menyebut Yesus adalah Tuhan maka itu bukan karena kemampuannya sendiri tetapi karena karya Roh Kudus semata (1 Kor. 12:3).

Nama Yesus dalam bahasa Yunani mempunyai arti Juruselamat (Luk. 2:11). Manusia membutuhkan juruselamat di dalam hidupnya sekalipun ia sudah hidup saleh dalam melakukan tugas-tugas keagamaan. Sesungguhnya tanpa juruselamat manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri hal ini dikarenakan manusia penuh dengan dosa. Manusia yang penuh dengan dosa terkadang perlu mengalami teguran ajaran supaya dengan itu ia belajar untuk rendah hati dan mengaku bahwa ia butuh Juruselemat.

Manusia yang bernatur dosa sering bersikap sombong dan menolak tawaran juruselamat, sehingga semua keangguhan manusia perlu dihancurkan agar bisa bersikap rendah hati dan berserah sepenuhnya kepada sang Juruselamat yaitu Yesus. Kristen adalah agama yang bercirikan kasih karunia dari Allah (Roma 3:23-24). Allah melalui sang firman yang menjadi daging menawarkan kasihnya kepada manusia untuk diselamatkan, cukup melalui iman kepada karya penyelamatan Yesus di Golgota.

Manusia pada umumnya berusaha menyelamatkan diri, melalui jasa-jasa seperti puasa, berdonasi dan lain sebagainya. Ada orang berpikir bahwa dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, maka mereka bisa menyelamatkan diri. Yesaya 64:6 mengingatkan bahwa segala perbuatan baik dan amal bakti dihadapan Tuhan dianggap seperti daun yang layu atau kain kotor.

Ada 2 kemungkinan respon orang ketika mendengar Injil yaitu:

  1. Menyembah Yesus seperti orang majus
  2. Menolak Yesus (dilakukan oleh orang-orang sombong).

Sayangnya dari kedua respon diatas banyak orang lebih memilih yang nomor 2 yaitu menolak Yesus karena sifat dasar manusia berdosa adalah sombong. Tuhan tidak rugi apa-apa jika manusia menolak tawaran keselamatan yang diberikan-Nya, namun manusialah yang akan mengalami kerugian.



Sumber: 

  • Yesus Sebagai Tuhan dan Juruselamat oleh Pdt. Roby Setiawan
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=BNm_vi2hkJw
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama