Image 1
Image 2
Image 3

Mendampingi yang Sakit Terminal: Do & Don't


Sakit yang sudah terminal adalah sakit yang secara manusiawi tidak ada obatnya atau tidak bisa diobati. Barangkali saat ini kita punya rekan yang bergumul dengan dengan cancer stadium akhir, dimana secara medis sudah tidak ada lagi pengobatan yang bisa menyembuhkan. Maka apa yang harus kita lakukan ketika menjumpai dan harus mendampingi orang yang sakit terminal atau sakit sedang menunggu secara manusiawi saat kapan dimana Tuhan akan menjemput kembali?

1. Memeriksa lebih dulu

Ketika mendapingi orang yang sedang sakit yang sudah terminal maka harus memeriksa lebih dulu atau harus mendapatkan informasi apakah yang kita dampingi tahu bahwa dia mengalami sakit yang sudah tidak bisa disembuhkan. Sakit yang terminal biasanya dokter akan memberitahukan kepada keluarga, anak atau orang tua tetapi belum tentu yang sudah sakit diberitahu tentang kondisi dirinya. Maka do adalah bertanya dimana orang yang sakit sudah diberitahu atau belum mengenai kondisinya. Jika keluarga berkata yang bersangkutan tidak tahu bahwa dia mengalami sakit yang tidak bisa disembuhkan maka perintah yang tidak boleh dilakukan adalah don’t yaitu jangan memberi tahu kepada orang yang sakit mengalami sakit yang tidak bisa disembuhkan. Bukan hak kita sebagai orang asing untuk memberitahu bahwa orang yang sakit mengalami sakit yang tidak bisa disembuhkan. Tetapi yang harus memberitahu adalah pihak dokter dengan persetujuan suami, istri, orang tua, anak atau keluarga yang terdekat.

Jadi jika kita mendampingi orang yang sudah mengalami sakit yang terminal dan dia tidak tahu bahwa dia tidak sembuh lagi maka jangan memberi tahu atau jangan membocorkan situasi serta tidak mengatakan apapun tentang kondisinya.

2. Tidak terlalu cepat memberikan penghiburan

Jika kita menghadapi orang yang sudah tahu bahwa ia mengalami sakit yang terminal dan sedang menanti saat dimana pergumulan kesehatannya akan berakhir. Maka yang harus dilakukan adalah jangan terlalu cepat memberikan penghiburan sebelum mendengarkan apa yang dirasakan atau alami. Orang yang memiliki beban berat seperti sakit yang terminal, barangkali lebih membutuhkan untuk didengarkan segala keluh kesah, ketakutan, air mata daripada belum apa-apa namun sudah berkata tenang karena bebanmu tidak terlalu berat atau tenang karena Tuhan telah menyediakan kekekalan rumah Bapa. Nasehat-nasehat yang baik dan benar bila terlalu cepat diucapkan, tidak menunjukkan simpati atau empati.

Jadi jika seseorang sudah mengetahui bahwa ia mengalami sakit terminal maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah do dengarkan dan don’t jangan lakukan terlalu cepat memberikan penghiburan sekalipun kalimat-kalimatnya secara logis benar, namun jika terlalu cepat diucapkan tidak menunjukkan simpati atau empati. Marilah belajar untuk mendengarkan. Selanjutnya jika seseorang sudah mengetahui bahwa ia mengalami sakit yang terminal dan sudah mendengarkan tanpa terlalu cepat memberikan kata-kata penghiburan maka langkah kedua jadilah sahabat lewat kata dan diam kita. Menemani dan mendampingi tidak selalu bicara tentang nasihat tetapi menjadi sahabat bagi mereka yang mengalami sakit yang terminal, misalnya menemani di dalam aktivitas-aktivitas sehari-hari. 

Ingatlah penghiburan tidak selalu dengan kata-kata, tetapi penghiburan juga bisa berarti pendampingan, pertemanan dalam segala aktivitas yang ada. Maka kita tidak harus selalu berfokus dengan pemikiran apa yang harus saya katakana untuk menghibur tetapi fokuslah apa yang bisa kita lakukan untuk menemani. Langkah ketiga berupa menanyakan apa yang menjadi kekuatiran atau kebutuhan orang sakit yang sudah terminal. Bisa saja orang yang sakit terminal mengalami ketakutan-ketakutan tentang hidup keluarga di masa depan, bisa juga adalah ganjelan soal relasi dengan orang lain yang belum selesai atau mungkin juga pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan dan penyesalan yang harus dituntaskan. Maka kita boleh bertanya hanya jika sudah mendengarkan dan menemani. 

Sesungguhnya tujuan untuk bertanya adalah untuk mengurai apa yang menjadi ketakutan-ketakutan atau kecemasan orang yang sudah sakit terminal. Jika orang yang sakit termnila sadah menguraikan apa yang menjadi genjelan, ketakutan dan harapan maka langkah keempat adalah menawarkan sebuah doa.





Sumber:

  • Mendampingi yang Sakit Terminal: Do & Don't Oleh Pdt. Wahyu Pramudya
  • Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=4gCKS9d0PsA
  • Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Lebih baru Lebih lama