Image 1
Image 2
Image 3

Solusi Tepat Menikmati Hidup!

        


        Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti ingin menikmati hidup yang berkelimpahan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mungkinkah kita bisa menikmati hidup yang berkelimpahan? Jika melihat dari keadaan dunia saat ini yang sedang diliputi oleh ketidakpastian, recession, inflation dan lain-lain yang masih menghantui perekonomian dunia. Krisis pangan yang masih menghantui, pandemic covid serta bencana alam yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Dalam kitab Pengkhotbah memberikan satu pesan bahwa hidup di bawah matahari adalah kesia-siaan. Melihat hal ini sebagai orang percaya kita mungkin berpikir mustahil bisa hidup di dunia ini. Teringat mengenai natal yang baru saja dirayakan oleh orang-orang Kristen, natal adalah ingkarnasi Allah menjadi manusia dengan satu misi yaitu untuk mati di atas kayu salib dan menebus dosa umat manusia.

Hal yang sangat menarik dengan kehadiran Yesus di dunia adalah yaitu pada akhir hidup-Nya tepatnya dihari kamis malam sebelum hari jumaat Ia di salibkan. Yesus mengungkapkan satu janji yang sangat penting yaitu Tuhan memberikan damai sejahtera (Yohanes 14:27). Ayat ini adalah perkataan Tuhan Yesus yang sedang mempersiapkan para murid menghadapi satu situasi yang paling sulit di dalam kehidupan mereka, yaitu pada saat melihat Yesus melewati via dolorosa. Pada situasi ini para murid bisa mengalami hopeless, kehancuran saat mereka harus menyaksikan guru yang mereka kasihi “tewas dianiaya” oleh pemuka dan masyarakat Yahudi. Melalui janji yang diucapkan Yesus tujuannya adalah untuk memberikan kekuatan, penghiburan, ketenagan dan bertahan ditengah penganiayaan yang mungkin mereka akan hadapi.

Maka dari itu kita perlu melihat perbedaan dami sejahtera duniawi dengan damai sejahtera Ilahi:


1. Damai sejahtera duniawi

Damai sejahtera dari duniawi sangat bergantung pada keadaan atau situasi yang dihadapi. Bila situasi aman dan terkendali, kondusif, tanpa ada masalah, tidak ada ganguan, maka situasi damai akan dinikmati. Oleh karena itu damai sejahtera duniawi bersifat sementara dan fana artinya ada pasang surut, naik turun dan tidak permanen.


2. Damai sejahtera Ilahi/Rohani

        Damai sejahtera Ilahi dialami oleh orang-orang percaya walaupun mungkin menghadapi masalah yang tidak kunjung selesai atau bahkan masalah berat misalanya krisis keuangan yang semakin berat, kesehatan yang semakin memburuk dan mengalami penganiayaan. Damai sejahtera Ilahi memiliki kemampuan menyingkirkan, mendorong bahkan memiliki kemampuan untuk bertahan dan tenang dalam menghadapi kekacauan yang ekstrim.

Di dalam kehidupan juga demikian biarlah damai sejahtera dari Yesus menjadi keyakinan batin bahwa Tuhan Yesus selalu hadir dalam berbagai situasi keadaan kita. Damai sejahatera itu adalah suatu gift of God yang tidak bisa ditarik balik dan bersifat permanen dan milik kita. Hadia ini bukan suatu perintah melainkan deposit yang Tuhan sediakan untuk orang percaya.

Di dalam Alkitab kita bisa melihat satu contoh orang yang mengalami damai sejahtera Ilahi yaitu Yusuf. Yusuf mengalami kepahitan berkali dimana dibuang kesumur, dijual menjadi budak di Mesir, difitnah oleh istri Potifar, dan tidak diingat oleh juru minuman raja dan ia mengalami semua kepahitan ini selama 22 tahun. Namun ketika Yusuf menjadi penguasa, ia tidak melakukan balas dendam kepada istri Potifar yang memasukkan dirinya ke dalam penjara maupun juga kepada saudara-saudaranya yang meminta pertolongan kepadanya.

Yusuf bisa melakukan semua tindakan ini karena ia telah menerima damai sejahtera Ilahi yang melingkupi dirinya. Refleksi bagi kita adalah sebagai orang-orang percaya kita akan menikmati damai sejahtera Ilahi ketika relasi kita dengan Dia sangat intim, semakin diperdalam melalui penyerahan diri sepenuhnya kepada kedaulatan Allah yang penuh anugerah atas hidup kita.


Sumber:

· Solusi Tepat Menikmati Hidup! Oleh Pdt. Bambang WijantoSurya 

· Youtube BARA Digital Ministry: https://www.youtube.com/watch?v=MHtPXcKWhVE

· Web BARA Digital Ministry: https://www.baradigitalministry.com/

Penyusun: Shinta Lestari Zendrato, S.Th





Lebih baru Lebih lama