Image 1
Image 2
Image 3

Kasih: Jembatan Pemulihan di Tengah Kepahitan

Kasih yang sungguh-sungguh menutupi banyak dosa, membawa pemulihan di tengah luka dan tekanan hidup.


Dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat yang sedang mengalami penderitaan, Rasul Petrus menulis sebuah kalimat yang begitu kuat namun mudah terlewatkan:

“Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
(1 Petrus 4:8)

Terdapat dua hal besar dalam ayat ini: perintah untuk mengasihi, dan kekuatan kasih dalam menghadapi dosa.

Kasih yang Bertahan di Tengah Tekanan

Konteks dari surat Petrus ini adalah penderitaan. Jemaat hidup dalam tekanan dari luar dan potensi konflik dari dalam. Ketika tekanan datang, relasi mudah retak. Luka lama terbuka kembali. Kata-kata yang salah mudah menjadi alasan untuk menjauh dan menyerah.

Di sinilah Petrus berkata, “yang terutama”—prioritas tertinggi—adalah kasih. Bukan kasih biasa, melainkan kasih yang sungguh-sungguh, dalam bahasa aslinya menunjuk pada sesuatu yang dilakukan dengan tekun, dengan seluruh daya.

Kasih yang Menutupi, Bukan Mengabaikan

Kasih tidak mengabaikan dosa, tetapi memilih untuk tidak memperbesar luka. Kasih tidak membiarkan kejahatan, tetapi tidak membalasnya dengan dendam. Kasih memilih jalan pengampunan, bukan pembenaran. Kasih memahami bahwa di balik setiap dosa yang terlihat, ada manusia yang terluka dan membutuhkan pemulihan.

Dengan kata lain, kasih bukan tentang membenarkan yang salah, tapi tentang merangkul mereka yang sedang dalam proses berubah. Di sinilah kekuatan kasih bekerja—ia tidak merusak, tapi menutup dan memulihkan.

Kasih sebagai Tanda Iman yang Hidup

Petrus tidak berbicara tentang kasih sebagai emosi sesaat. Ia berbicara tentang kasih yang lahir dari kehidupan rohani yang sehat. Jemaat yang hidup dalam harapan akan Kristus dipanggil untuk saling menopang, bukan saling menjatuhkan. Karena dalam kasih seperti itulah Injil Kristus tercermin secara nyata.

Lebih baru Lebih lama