Image 1
Image 2
Image 3

Ketika Keraguan Datang: Langkah-langkah Menghadapi Keraguan Iman dalam Kekristenan

Langkah-langkah Menghadapi Keraguan Iman dalam Kekristenan | Apologetika Kristen

Shalom saudara-saudara di mana pun berada. Tema kita hari ini adalah tentang keraguan, sebuah perasaan yang mungkin dialami oleh siapa pun yang telah mengikut Kristus, baik baru satu bulan, satu tahun, atau bahkan puluhan tahun. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan iman, keraguan kadang muncul.

Lalu, pertanyaannya: apakah keraguan itu normal bagi orang Kristen? Apakah itu dosa? Dan yang lebih penting, apa yang harus kita lakukan saat merasa ragu?

Apa yang Dimaksud dengan Keraguan?

Yang saya maksud dengan keraguan di sini adalah sikap mempertanyakan ajaran iman Kristen. Misalnya, saudara mungkin pernah bertanya: Apakah Allah benar-benar ada? Benarkah Allah itu Tritunggal? Benarkah Yesus adalah Allah? Bahkan, pertanyaan seputar keselamatan melalui iman kepada Tuhan Yesus bisa muncul. Keraguan ini, meskipun seringkali disembunyikan, adalah bagian dari pengalaman iman banyak orang.

Dua Cara Pandang Tentang Keraguan

Secara umum, ada dua cara pandang yang dominan tentang keraguan di dunia saat ini.

1. Keraguan Sebagai Sikap Positif (Kaum Sekuler)

Di dunia sekuler, terutama di kalangan intelektual, sikap skeptis sering dianggap sebagai hal yang positif. Orang-orang yang mempertanyakan segala sesuatu—baik ajaran agama, dogma, maupun tradisi—sering dianggap kritis dan cerdas. Bahkan, ada orang yang dengan bangga menyebut diri mereka sebagai skeptis, terutama terhadap agama. Mereka melihat pentingnya tidak menerima sesuatu secara membabi buta tanpa dasar yang rasional.

Saya bisa memahami pandangan ini, terutama karena memang ada orang yang mempercayai sesuatu dengan cara yang fanatik tanpa pertimbangan yang rasional. Namun, apakah semua pertanyaan kritis ini salah? Tentu saja tidak. Namun, ini tidak boleh menjadi alasan untuk menolak iman secara keseluruhan.

2. Keraguan Dipandang Negatif (Kaum Beragama)

Di sisi lain, di kalangan beragama, termasuk di gereja, keraguan sering dianggap negatif. Orang yang mempertanyakan iman atau ajaran gereja mungkin dianggap sebagai kurang percaya atau bahkan dianggap mengarah pada pemurtadan. Ketakutan ini seringkali membuat gereja atau komunitas menanggapi orang yang ragu dengan sikap menolak atau mengabaikan pertanyaan mereka.

Bagaimana Alkitab Melihat Keraguan?

Untuk menjawab pertanyaan tentang keraguan dari perspektif Alkitab, mari kita melihat kisah Thomas dalam Injil Yohanes 20:24-29. Thomas, salah satu murid Yesus, tidak percaya ketika murid-murid lain mengatakan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Thomas berkata, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan mencucukkan jariku ke dalam lambung-Nya, aku tidak akan percaya.” Namun, bagaimana respon Yesus terhadap keraguan Thomas?

Yesus tidak menegur atau menolak Thomas karena keraguannya. Sebaliknya, Yesus dengan penuh kasih memberikan bukti yang dibutuhkan oleh Thomas. “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku... Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah,” kata Yesus (Yohanes 20:27). Setelah itu, Thomas mengakui dengan penuh iman, “Ya Tuhanku dan Allahku.”

Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mengabaikan atau menghukum keraguan yang tulus. Sebaliknya, Ia merespon dengan kasih dan memberikan bukti yang diperlukan.

Pelajaran dari Kisah Thomas

Dari kisah ini, kita belajar beberapa hal penting:

  1. Keraguan adalah Hal yang Wajar: Thomas tidak sendirian dalam keraguannya. Bahkan, sebelum mereka melihat Yesus yang bangkit, murid-murid lain juga meragukan kebangkitan-Nya. Ini menunjukkan bahwa keraguan adalah bagian dari perjalanan iman, bahkan bagi mereka yang telah berjalan bersama Yesus secara langsung.
  2. Yesus Menghargai Keraguan yang Tulus: Tuhan tidak mengabaikan keraguan Thomas, tetapi memberi jawaban dan bukti. Demikian pula, ketika kita meragukan sesuatu, kita boleh berdoa dan meminta Tuhan menolong kita menemukan jawaban.
  3. Keraguan Bisa Menjadi Pintu Menuju Iman yang Lebih Kuat: Thomas, yang pernah meragukan Yesus, kemudian memberikan pengakuan iman yang luar biasa: “Ya Tuhanku dan Allahku.” Keraguan yang tulus, jika dihadapi dengan iman dan kejujuran, dapat menjadi langkah awal menuju pengenalan dan pengakuan yang lebih dalam akan Tuhan.

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Meragukan?

Jika Anda merasakan keraguan, jangan putus asa. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda ambil:

  1. Berdoa kepada Tuhan: Sampaikan dengan jujur keraguan dan pertanyaan Anda kepada Tuhan. Tuhan menghargai hati yang tulus dan akan menuntun Anda menemukan jawaban.
  2. Belajar dari Firman Tuhan: Alkitab adalah sumber utama untuk menemukan kebenaran tentang Tuhan dan iman Kristen. Bacalah, renungkan, dan cari penjelasan dari para pengajar atau pemimpin rohani.
  3. Cari Pertolongan dari Hamba Tuhan: Tuhan memberikan karunia kepada para pemimpin rohani dan pengajar di gereja untuk membantu kita memahami firman-Nya. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan mereka.
  4. Membaca Buku atau Sumber Lain: Banyak buku dan materi yang ditulis oleh para apologet Kristen yang dulu juga meragukan iman mereka, tetapi akhirnya menemukan kebenaran. Sumber-sumber ini dapat membantu menjawab pertanyaan Anda.

Keraguan bukanlah dosa. Itu adalah bagian dari perjalanan iman yang dapat membawa kita kepada pengenalan akan Tuhan yang lebih mendalam. Jika Anda meragukan sesuatu dalam iman Kristen, jangan takut untuk menyuarakannya. Cari jawaban dengan berdoa, belajar dari firman Tuhan, dan berdiskusi dengan para hamba Tuhan. Seperti Thomas, yang tadinya meragukan, akhirnya menjadi saksi yang kuat akan kebangkitan Yesus, Anda juga bisa melalui keraguan Anda menuju iman yang lebih teguh.


Lebih baru Lebih lama