Image 1
Image 2
Image 3

Materi PA: Bagaimana Bersukacita Di Tengah Pandemi Covid-19?

Photo by August de Richelieu from Pexels

Oleh: Pdt. Buby Ticoalu


Ayat: Habakuk 3:17-18


TUJUAN:

Mengalami sukacita di tengah pandemi Covid—19.


  • Beri kesaksian singkat 1-2 orang terkait pengalaman tidak menyenangkan saat pandemi.

  • Tunjuklah satu orang untuk memimpin dalam doa.


Pertanyaan kita semua

Kapan sih Covid-19 ini akan berlalu? Atau berapa lama lagi? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sering kita ajukan. Semua juga ingin tahu. Namun seharusnya bagi orang percaya yang terpenting bukanlah soal Covid-19 ini berlalu. Bagi kita yang lebih penting lagi adalah bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Bagaimana relasi kita dengan Tuhan dalam situasi menghadapi covid-19? 


Sikap yang tepat

Keeratan, kedekatan, keharmonisan kesetiaan dan ketaatan kita pada Tuhan. Bukankah itu adalah lebih penting untuk bersikap atau yang menjadi dasar landasan kita berpijak dalam kehidupan, menghadapi Covid-19?


Dalam Habakuk, menceritakan tentang seorang nabi yang dikenal sebagai nabi yang berdoa. Ia memulai kitabnya dengan satu keluhan, “Berapa lama lagi ya Tuhan aku berteriak tetapi Engkau tidak mendengar?


Orang Yehuda pada waktu itu berbalik dan meninggalkan Tuhan. Situasi itu menjadikan Habaku merasa sebagai seorang hamba Tuhan yang begitu jengkel, pahit melihat situasi sosial yang ada.


Bagi kita saat ini mungkin juga bertanya, “Berapa lama lagi situasi ini berlansung? Kita ingin sekali jawabannya adalah 1 bulan 2 bulan atau lain sebagainya. Namun Tuhan tidak menjawab Habakuk demikian. Justru Tuhan berkata kepadanya, “Aku akan melakukan suatu pekerjaan yang kalau sampai diceritakan kemudian pun, sulit untuk dipercaya.”


Dengan kata lain, bahwa keinginan untuk segera situasi itu berubah menjadi baik, dijawab oleh Tuhan, “Masih akan ada lebih lagi. Ini belum seberapa.” Karena setelahnya, bangsa Kasdim yang terkenal dengan kekejamannya akan menghukum umat Allah.


Di satu sisi Habakuk sudah mendengar bagaimana pertolongan kedasyatan Allah terhadap umat Israel, tapi satu sisi Habakuk mengalami ketakutan. Sehingga kehilangan tenaga karena amat menakutkan.


Tetapi yang menyejukkan, dalam ketakutan itu Habakuk berkata dengan begitu lembut, “Namun aku dengan tenang menantikan hari kesusahan itu.”


Kuncinya adalah yang orang yang benar, orang yang percaya, orang yang tidak menjadi goyah dengan situasi itu, ia dapat ketenangan di dalam situasi seperti itu.


Sehingga itu sebabnya Habakuk berkata dengan begitu luar biasa, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil zaitun mengecewakan. Sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorai di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku.”


Iman inilah yang membuat Habaku bersukacita di tengah situasi yang sulit. Dan kita pun dapat mengalaminya. Di tengah situasi covid, iman yang sungguh-sungguh penuh percaya dan mempercayakan diri kepada Tuhan, menjadikan kita dapat dengan tenang aku menantikan, aku menghadapi yang begitu menakutkan. Bukankah Yesus katakan yang kita boleh pegang sebagai janji Tuhan, “Hai engkau yang letih lesu dan berbeban berat – gelisah, takut, dll – marilah kepada-Ku, Aku akan memberikan kepadamu kelegaan, untuk menikmati Aku di dalam kehidupan ini.”


DISKUSIKAN:

  • Apa sajakah prinsip penting yang penting saat melihat kesukaran?

  • Bagaimana jawaban Allah terhadap pergumulan kita?

  • Bagaimana Alkitab menolong Saudara melihat kebaikan Allah dibalik peristiwa buruk?


Pokok Doa:

  1. Berdoa agar iman orang percaya semakin teguh di tengah tantangan.

  2. Berdoa untuk masing-masing pemerintah daerah di tempat Saudara tinggal. 

  3. Berdoa untuk bangsa negara dalam penanganan korupsi.


Sumber:


Penyusun:

Febbi Timotius







Lebih baru Lebih lama